KAI Siap Bangun Ekosistem Logistik berbasis Rel, Targetkan 69 Juta Ton Angkutan Barang di 2025
PT KAI optimistis membangun ekosistem logistik berbasis rel untuk efisiensi biaya dan penuhi target angkutan barang 69 juta ton di 2025, seiring kebijakan larangan truk ODOL.

PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyatakan kesiapannya membangun ekosistem logistik berbasis rel guna meningkatkan efisiensi biaya dan menjawab tantangan distribusi barang di Indonesia. Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Utama PT KAI, Didiek Hartantyo, di Jakarta pada Jumat lalu. Langkah ini juga sebagai respon terhadap kebijakan pemerintah yang akan memberlakukan larangan truk over dimension over loading (ODOL) pada tahun 2026.
Didiek Hartantyo menjelaskan bahwa Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), telah menekankan penerapan kebijakan larangan truk ODOL pada tahun 2026. "Kereta api siap menyambut itu. Semoga ekosistem transportasi yang berbasis rel bisa memberikan efisiensi, menekan biaya logistik di Indonesia," ujar Didiek.
Target ambisius telah ditetapkan oleh PT KAI, yaitu mencapai volume angkutan barang sebesar 69 juta ton pada tahun 2025. Dari jumlah tersebut, 55 juta ton diproyeksikan berasal dari batu bara di Sumatera Selatan, sementara sisanya akan berasal dari jalur logistik di Pulau Jawa.
Tantangan dan Peluang di Sektor Logistik
Meskipun optimis, Didiek mengakui bahwa membangun ekosistem logistik di Jawa penuh tantangan. Hal ini dikarenakan banyaknya pemangku kepentingan yang terlibat dan persaingan dengan moda transportasi lain yang sudah mapan. "Memang tantangan kereta api nggak mudah. Membangun ekosistem transportasi logistik di Pulau Jawa ini nggak mudah, stakeholder-nya banyak," tuturnya.
Namun, kebijakan pembatasan kendaraan ODOL justru dilihat sebagai peluang besar bagi KAI untuk memperkuat perannya dalam sistem logistik nasional. KAI yakin transformasi layanan logistik berbasis rel akan menjadi solusi jangka panjang untuk meningkatkan efisiensi, menekan biaya, dan memperkuat daya saing industri nasional.
Data kinerja KAI pada periode Januari hingga April 2025 menunjukkan tren positif. Layanan angkutan barang mencapai 21.601.203 ton, meningkat 3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, menjelaskan bahwa batu bara menyumbang 83,07 persen dari total volume angkutan tersebut.
Distribusi batu bara sebagian besar dialokasikan untuk pembangkit listrik di Pulau Jawa dan Bali. "Ini merupakan kontribusi nyata KAI dalam menjaga pasokan energi nasional agar tetap andal dan berkelanjutan," kata Anne Purba.
Efisiensi Logistik dan Kinerja KAI
KAI menargetkan peningkatan signifikan dalam volume angkutan barang pada tahun 2025. Target ini menunjukkan komitmen KAI untuk berperan lebih besar dalam sistem logistik nasional. Dengan membangun ekosistem logistik berbasis rel, KAI berharap dapat memberikan solusi yang efisien dan berkelanjutan.
Peningkatan volume angkutan barang pada kuartal pertama tahun 2025 menunjukkan kinerja positif KAI di sektor logistik. Hal ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap layanan angkutan barang KAI. KAI terus berupaya meningkatkan pelayanan dan memperluas jangkauan layanannya.
Tantangan dalam membangun ekosistem logistik berbasis rel di Pulau Jawa diakui oleh KAI. Namun, KAI optimistis dapat mengatasi tantangan tersebut dengan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Kebijakan pemerintah terkait larangan truk ODOL diharapkan dapat mendorong pergeseran moda transportasi ke kereta api.
Secara keseluruhan, rencana KAI untuk membangun ekosistem logistik berbasis rel merupakan langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi logistik nasional. Dengan target yang ambisius dan kinerja yang positif, KAI siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di sektor logistik Indonesia.