Kemenag Luncurkan Kurikulum Cinta: Jawab Tantangan Kemanusiaan Global
Kementerian Agama meluncurkan Kurikulum Cinta sebagai solusi atas berbagai permasalahan kemanusiaan global, menekankan pentingnya cinta kasih dalam pendidikan.

Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia meluncurkan Kurikulum Cinta sebagai respons terhadap berbagai permasalahan kemanusiaan yang kompleks. Peluncuran ini diumumkan pada Ramadhan Global Camp di UIN Malang, di hadapan mahasiswa internasional dari berbagai negara seperti Eropa, Timur Tengah, ASEAN, dan Amerika. Kurikulum ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi problematika sosial global, seperti kemiskinan, kekerasan, dan konflik, dengan menekankan nilai-nilai cinta kasih.
Sekretaris Jenderal Kemenag, Kamaruddin Amin, menekankan pentingnya ekosistem yang harmonis dalam mencapai keberhasilan. Beliau menyatakan, "Kita tidak bisa mencapai keberhasilan tanpa ekosistem yang mendukung. Ada relasi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan lingkungan sosial yang harus kita jaga." Kurikulum Cinta, menurutnya, menjadi kunci untuk membangun relasi-relasi tersebut berdasarkan cinta kasih.
Gagasan Kurikulum Cinta pertama kali diutarakan oleh Menteri Agama, Nasaruddin Umar, sebagai pedoman bagi lembaga pendidikan di bawah Kemenag. Kurikulum ini bertujuan mencetak generasi masa depan yang berlandaskan cinta kasih, sebuah visi yang diyakini mampu menjawab tantangan global saat ini. Kurikulum ini tidak hanya berakar pada Al-Quran dan Hadis, tetapi juga merangkum nilai-nilai cinta kasih dari berbagai agama.
Kurikulum Cinta: Solusi Problematika Sosial Global
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag, Sahiron Samsudin, menjelaskan bahwa Menteri Agama tergerak untuk menciptakan Kurikulum Cinta setelah mengamati berbagai problem sosial global. "Beliau membaca banyak problem sosial, kemiskinan, kekerasan, konflik sosial dan masih banyak lagi yang berkembang di masyarakat global, jadi beliau jeli membaca ini," ujar Sahiron. Kurikulum ini, menurutnya, merupakan pendekatan ideal untuk mengatasi masalah tersebut melalui pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Sahiron menambahkan bahwa agama mengajarkan kerukunan dan kedamaian, namun realitas sosial menunjukkan banyaknya konflik dan permasalahan. Oleh karena itu, Kurikulum Cinta dianggap sebagai solusi untuk menciptakan harmoni sosial. "Ini berarti ada yang harus diselesaikan, dan cara paling ideal adalah melalui pendidikan, baik dari tingkat dasar, anak-anak, sampai pada tingkat yang lebih tinggi, melalui kurikulum berbasis cinta ini," tegasnya.
Rektor UIN Malang, Zainuddin, turut memberikan pandangannya mengenai Kurikulum Cinta dalam konteks Indonesia. Beliau menyatakan bahwa meskipun Indonesia mayoritas Muslim, tantangan terbesarnya adalah menjaga kerukunan antarumat beragama. "Pak Menteri menyampaikan bahwa pluralitas itu ibarat lukisan Tuhan dari berbagai varian, oleh karena itu jangan sampai dinodai, apalagi kemudian dirusak," kata Zainuddin. Kurikulum Cinta diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai toleransi dan kerukunan di Indonesia yang majemuk.
Respon Positif dari Mahasiswa Internasional
Salih Alson Haji, mahasiswa asal Libya yang tengah menempuh pendidikan S3 di UIN Malang, memberikan testimoni positif mengenai Indonesia. Ia melihat Indonesia sebagai negara yang kaya akan keberagaman, namun tetap mampu menjaga perdamaian dan kerukunan. "Alhamdulillah, kalau kita lihat Indonesia itu sangat kaya, kaya sekali, kaya agama, kaya bahasa, kaya bahasa, kaya akan keberagaman, tetapi saya melihat semuanya mampu hidup bersama-sama," ungkap Salih. Pengalamannya ini menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam mengelola keberagaman, sebuah nilai yang sejalan dengan tujuan Kurikulum Cinta.
Kurikulum Cinta diharapkan tidak hanya diterapkan di Indonesia, tetapi juga dapat menjadi inspirasi bagi negara lain dalam membangun perdamaian dan kerukunan. Dengan menekankan nilai-nilai cinta kasih, kurikulum ini diharapkan dapat menciptakan generasi masa depan yang lebih bijak, toleran, dan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan kemanusiaan secara damai. Implementasi Kurikulum Cinta ini menjadi langkah penting dalam membangun peradaban yang lebih humanis dan berkelanjutan.
Kesimpulannya, peluncuran Kurikulum Cinta oleh Kemenag merupakan sebuah langkah strategis dalam menjawab tantangan kemanusiaan global. Kurikulum ini menekankan pentingnya cinta kasih sebagai dasar dalam membangun relasi antarmanusia, manusia dengan alam, dan lingkungan sosial. Dengan pendekatan holistik dan inklusif, Kurikulum Cinta diharapkan dapat menciptakan generasi masa depan yang lebih damai, toleran, dan mampu membangun peradaban yang lebih baik.