Kemenkes Targetkan Sentra Cipta Mandiri (SCM) sebagai Pusat Rehabilitasi Psikososial
Kementerian Kesehatan menargetkan Sentra Cipta Mandiri (SCM) sebagai pusat rehabilitasi psikososial masyarakat untuk mengatasi adiksi non-zat dan menjaga kesehatan mental, dimulai dari Kelurahan Sukasari, Bogor.

Jakarta, 6 Mei 2024 - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Marzoeki Mahdi, Nova Riyanti Yusuf, menetapkan target ambisius: menjadikan Sentra Cipta Mandiri (SCM) sebagai pusat rehabilitasi psikososial masyarakat. Inisiatif ini diluncurkan di Kelurahan Sukasari, Kota Bogor, sebagai proyek percontohan, menjawab tantangan kesehatan mental yang semakin kompleks di Indonesia, khususnya adiksi non-zat seperti judi online, media sosial, dan game online. Program ini melibatkan pelatihan intensif bagi 30 kader dari berbagai RW di kelurahan tersebut.
Nova Riyanti Yusuf menjelaskan, "SCM dapat menjadi pusat rehabilitasi psikososial serta penggerak masyarakat dalam menjaga kesehatan mental dan sosial masyarakat." Menurutnya, SCM tidak hanya fokus pada adiksi judi online, tetapi juga berbagai bentuk adiksi non-zat lainnya. Keberhasilan replikasi program ini di berbagai wilayah Indonesia sangat bergantung pada dukungan penuh dari kepala daerah dan pemangku kepentingan terkait.
SCM merupakan program pemberdayaan sosial yang menekankan penguatan komunitas dan pengembangan layanan psikososial berbasis lokal. Dengan pendekatan partisipatif, SCM bertujuan membangun masyarakat yang inklusif, tangguh, dan menyadari pentingnya kesehatan mental. Pelatihan bagi kader di Kelurahan Sukasari mencakup pemahaman mendalam tentang adiksi non-zat, metode deteksi dini, dan intervensi berbasis komunitas. Para kader juga mendapatkan informasi penting tentang gangguan perjudian sebagai gangguan jiwa kronis yang berdampak luas pada kehidupan penderitanya.
Mencegah Adiksi Non-Zat Melalui Pendekatan Komunitas
Program SCM di Kelurahan Sukasari, Kota Bogor, dipilih sebagai proyek percontohan karena dianggap representatif dalam menghadapi tantangan adiksi non-zat di masyarakat. Pendekatan berbasis komunitas ini dinilai efektif untuk menjangkau individu yang membutuhkan bantuan dan mencegah penyebaran adiksi lebih lanjut. Para kader yang telah dilatih akan berperan sebagai ujung tombak dalam mendeteksi dini dan memberikan intervensi awal kepada individu yang menunjukkan gejala adiksi.
Pelatihan yang diberikan kepada para kader sangat komprehensif. Mereka tidak hanya mempelajari tentang berbagai jenis adiksi non-zat, tetapi juga dilatih dalam metode deteksi dini dan intervensi yang tepat. Hal ini penting untuk memastikan bahwa intervensi yang diberikan efektif dan sesuai dengan kebutuhan individu yang terdampak.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan para kader dapat berperan aktif dalam memberikan dukungan dan bimbingan kepada anggota komunitas yang mengalami masalah adiksi. Mereka juga dapat menjadi jembatan penghubung antara individu yang membutuhkan bantuan dengan layanan kesehatan mental yang profesional.
Peran Penting Kader dan Dukungan Pemerintah Daerah
Nova Riyanti Yusuf menekankan peran penting kader dalam keberhasilan program SCM. "Ini adalah kecanduan perilaku yang terjadi saat seseorang kehilangan kendali atas perilaku perjudiannya. Sangat penting untuk berbicara dengan penyedia layanan kesehatan atau profesional kesehatan mental segera setelah seseorang menyadari perilaku perjudian yang bermasalah. Inilah peran utama dan awal dari pendirian SCM sebagai hub atau penghubung," ujarnya. Kader akan menjadi garda terdepan dalam mengidentifikasi dan membantu individu yang mengalami masalah adiksi.
Keberhasilan program SCM juga bergantung pada dukungan penuh dari pemerintah daerah. Anggaran yang memadai dan komitmen dari instansi terkait sangat krusial untuk memastikan keberlanjutan program ini. Kolaborasi yang erat antara pemerintah, komunitas, dan tenaga kesehatan mental akan menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi masalah adiksi non-zat di Indonesia.
SCM diharapkan dapat menjadi model replikasi di berbagai daerah di Indonesia. Dengan dukungan yang kuat dari pemerintah daerah dan partisipasi aktif masyarakat, program ini berpotensi besar untuk memberikan dampak positif yang signifikan dalam upaya pencegahan dan penanganan adiksi non-zat di Indonesia.
Program ini juga menekankan pentingnya deteksi dini dan intervensi yang tepat waktu. Gangguan perjudian, misalnya, merupakan gangguan jiwa kronis yang dapat berdampak buruk pada berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menyadari tanda-tanda adiksi dan segera mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Dengan adanya SCM, diharapkan masyarakat dapat lebih mudah mengakses layanan kesehatan mental dan mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. Program ini merupakan langkah penting dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.