Khofifah Dukung KH M. Yusuf Hasyim Jadi Pahlawan Nasional: Warisan Nasionalisme dan Islam Moderat
Gubernur Khofifah Indar Parawansa mendukung pengusulan KH M. Yusuf Hasyim sebagai pahlawan nasional, mengingat jasanya dalam memperjuangkan NKRI dan pendidikan Islam.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, secara resmi menyatakan dukungannya terhadap usulan penetapan KH M. Yusuf Hasyim sebagai pahlawan nasional. Pengusulan ini dilatarbelakangi peran besar KH M. Yusuf Hasyim dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Pernyataan dukungan tersebut disampaikan Khofifah pada Seminar Nasional Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional KH M. Yusuf Hasyim di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Minggu lalu.
KH M. Yusuf Hasyim, putra pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari, dikenal sebagai Dansatkornas Banser pertama. Kontribusinya terhadap penguatan NKRI sangat signifikan, baik pada masa perjuangan kemerdekaan maupun setelahnya. Khofifah menekankan bahwa KH M. Yusuf Hasyim bukan hanya tokoh pesantren, melainkan juga seorang pejuang, politisi, dan pendidik yang berpengaruh.
Nilai-nilai nasionalisme dan Islam moderat yang diajarkan KH M. Yusuf Hasyim menjadi warisan berharga bagi bangsa Indonesia. Khofifah mengutip pernyataan KH M. Yusuf Hasyim yang menegaskan bahwa nasionalisme dan keislaman bukan hal yang bertentangan, melainkan saling menguatkan. Konsep "hubbul wathon minal iman" benar-benar tertanam dalam diri beliau, dan ini menjadi teladan bagi generasi penerus.
Peran Penting KH M. Yusuf Hasyim dalam Sejarah Indonesia
Seminar Nasional Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional KH M. Yusuf Hasyim bertujuan untuk menghimpun dukungan dan dokumentasi yang kuat untuk mendukung proses pengusulan gelar tersebut. Khofifah optimis bahwa proses pengusulan ini akan berjalan lancar. Ia juga menekankan pentingnya dokumentasi sejarah yang akurat untuk memastikan kontribusi para tokoh NU, termasuk KH M. Yusuf Hasyim, dapat diakui secara resmi oleh negara. "Dorongan ini bukan sekadar untuk menghormati, tetapi juga sebagai bentuk dokumentasi negara agar perjuangan para ulama tidak hilang dalam catatan sejarah," tegas Khofifah.
Kepala Badan Penyelenggara Haji RI, KH M. Irfan Yusuf, menambahkan bahwa pengusulan gelar pahlawan nasional ini bertujuan untuk menginspirasi generasi penerus, khususnya warga NU. Saat ini, baru 13 tokoh NU yang tercatat sebagai pahlawan nasional. Oleh karena itu, diharapkan jumlah ini dapat bertambah dengan pengakuan atas jasa-jasa KH M. Yusuf Hasyim.
Dukungan terhadap pengusulan ini juga datang dari Ketua PWNU Jawa Timur, KH Kikin Abdul Hakim. Ia menyatakan bahwa menghormati jasa para pahlawan merupakan kewajiban, dan NU memiliki banyak tokoh yang telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa dan negara. Hal ini menunjukkan dukungan luas dari berbagai kalangan terhadap pengusulan KH M. Yusuf Hasyim sebagai pahlawan nasional.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Seminar tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Staf Khusus Menteri Sosial RI, Abdul Malik Haramain; Pengasuh Ponpes Amanatul Ummah Pacet sekaligus Ketua Umum PP Pergunu, KH Asep Saifuddin Chalim; serta Syekh Ahmad Muhammad Mabruk Al Hasani dari Mesir. Kehadiran mereka semakin memperkuat dukungan terhadap pengusulan gelar pahlawan nasional bagi KH M. Yusuf Hasyim.
Proses pengusulan ini diharapkan dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan persetujuan dari pemerintah. Pengakuan negara atas jasa-jasa KH M. Yusuf Hasyim akan menjadi bukti nyata penghargaan atas kontribusinya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan perkembangan bangsa Indonesia. Hal ini juga akan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berjuang demi kemajuan bangsa dan negara.
Dengan ditetapkannya KH M. Yusuf Hasyim sebagai pahlawan nasional, diharapkan dapat menjadi momentum untuk lebih mengenalkan sosok dan perjuangan beliau kepada generasi muda. Warisan nilai-nilai nasionalisme dan Islam moderat yang beliau ajarkan akan tetap relevan dan dapat menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.