Khombouw: Lukisan Kulit Kayu Sentani, Warisan Budaya Papua yang Lestari
Lukisan kulit kayu Khombouw, karya seni tradisional Suku Sentani Papua, memiliki nilai filosofis tinggi dan kini tengah diusulkan sebagai warisan budaya tak benda nasional, menjaga kelestarian budaya dan perekonomian masyarakat.

Siapa, apa, kapan, di mana? Martha Ohee, seorang perajin dari Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, telah menjaga tradisi melukis kulit kayu Khombouw selama puluhan tahun. Khombouw, lukisan kulit kayu khas Suku Sentani, merupakan warisan budaya yang kaya makna dan saat ini tengah diusulkan menjadi warisan budaya tak benda nasional.
Mengenal Lebih Dekat Khombouw
Khombouw bukan sekadar lukisan; ia adalah representasi budaya dan spiritualitas Suku Sentani. Proses pembuatannya yang rumit, dimulai dari menebang pohon khusus hingga pengeringan kulit kayu, menunjukkan dedikasi dan keahlian turun-temurun. Pewarna alami menambah keunikan dan nilai estetika karya seni ini. Setiap motif, dari buaya yang melambangkan kepemimpinan hingga motif yoniki yang merepresentasikan hubungan spiritual, memiliki makna mendalam dan dihormati dalam budaya Sentani.
Martha Ohee, yang memulai perjalanan seni lukis Khombouw sejak usia 13 tahun, telah membawa karya-karyanya ke lima negara: Belanda, Australia, Jerman, Amerika Serikat, dan Papua Nugini. Dedikasi dan inovasi Mama Martha—begitu ia akrab disapa—tidak hanya mengharumkan nama Papua, tetapi juga menginspirasi generasi muda.
Transformasi Khombouw di Era Modern
Khombouw telah bertransformasi dari sekadar karya seni tradisional menjadi berbagai produk, seperti hiasan dinding, suvenir, tas, pakaian, dan aksesoris. Namun, nilai sakral dan filosofi di baliknya tetap terjaga. Keberhasilan Khombouw dalam memasuki pasar modern membuktikan daya adaptasi dan daya tariknya yang abadi.
Berbagai upaya pelestarian dilakukan, termasuk pelatihan bagi generasi muda yang dipimpin oleh Mama Martha. Pemerintah Kabupaten Jayapura juga aktif mendukung pelestarian Khombouw melalui Festival Danau Sentani (FDS), yang selalu menampilkan karya seni lukis kulit kayu. Pada FDS pertama tahun 2008, tercipta rekor dunia lukisan kulit kayu terpanjang sepanjang 100 meter, hasil kolaborasi Mama Martha dan Agus Ongge.
Pengakuan Nasional dan Harapan Masa Depan
Usulan Khombouw sebagai warisan budaya tak benda nasional merupakan langkah penting dalam melindungi dan melestarikan warisan budaya Papua. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pengakuan resmi dan perlindungan terhadap Khombouw, serta mendorong regenerasi agar kaum muda tetap melestarikan budaya leluhur. Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura, Fred Modouw, menekankan pentingnya upaya ini untuk menjaga kelangsungan Khombouw.
Khombouw telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Sentani, dari kelahiran hingga kematian. Dengan motif-motifnya yang kaya makna dan keindahannya yang memikat, Khombouw bukan hanya sekadar karya seni, tetapi juga cerminan identitas budaya Papua yang perlu dilindungi dan diwariskan kepada generasi mendatang. Melestarikan Khombouw berarti melestarikan warisan budaya Papua yang tak ternilai harganya.
Keberhasilan Mama Martha dalam mempromosikan Khombouw hingga ke kancah internasional, serta dukungan pemerintah daerah dan upaya pelestarian yang dilakukan, menunjukkan komitmen bersama untuk menjaga warisan budaya ini tetap lestari. Khombouw bukan hanya milik Suku Sentani, tetapi juga merupakan kekayaan budaya Indonesia yang patut dibanggakan.