Kinerja Daur Ulang Plastik Indonesia Baik, Capai 71 Persen untuk Botol PET
Studi SWI dan IPR menunjukkan kinerja daur ulang plastik di Indonesia cukup baik, dengan tingkat daur ulang botol PET mencapai 71 persen dan HDPE rigid 60 persen, serta berkontribusi terhadap ekonomi hingga Rp19 triliun per tahun.

Studi kolaboratif antara Sustainable Waste Indonesia (SWI) dan Indonesian Plastic Recyclers (IPR) mengungkapkan kabar baik mengenai kinerja daur ulang plastik di Indonesia. Studi yang diberi nama Recycling Rate Index (RRI) ini menunjukkan tingkat daur ulang plastik pascakonsumsi (PCR) berada pada kategori moderat, bahkan tinggi untuk jenis tertentu. Temuan ini diumumkan pada Rabu di Jakarta, memberikan gambaran positif terhadap upaya pengelolaan sampah plastik nasional.
Direktur SWI sekaligus peneliti utama, Dini Trisyanti, memaparkan bahwa tingkat daur ulang sampah PCR tergolong tinggi, mencapai 71 persen untuk botol PET dan 60 persen untuk HDPE rigid. "Angka tingkat daur ulang ini berada dalam tingkat yang baik dan telah meningkat secara signifikan berkat kolaborasi yang terjadi lintas pemangku kepentingan, termasuk berbagai inisiatif yang telah dilakukan industri," ungkap Dini dalam keterangan resminya.
Studi yang dilakukan selama periode Juli hingga Desember 2024 ini menggunakan pendekatan hulu-hilir, melibatkan wawancara dengan sekitar 700 pelaku rantai nilai plastik, serta data sekunder dari pemerintah, BPS, dan literatur terkait. Hasilnya menunjukkan kontribusi signifikan daur ulang plastik terhadap produksi resin plastik, mencapai 19 persen, dengan total nilai ekonomi yang dihasilkan mencapai setidaknya Rp19 triliun per tahun.
Daur Ulang Plastik: Kolaborasi dan Inovasi sebagai Kunci
Dini Trisyanti menekankan pentingnya kolaborasi aktif lintas sektor untuk mendukung keberlanjutan daur ulang plastik. Hal ini mencakup edukasi konsumen dalam memilah sampah dari sumber, transparansi pelaporan daur ulang secara nasional, dan inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi proses daur ulang. "Melihat dampak ekonomi dan pentingnya peran daur ulang plastik dalam pengelolaan sampah, diperlukan kolaborasi aktif lintas sektor," tegasnya.
Studi RRI, menurut Dini, memberikan data akurat yang krusial untuk memahami kondisi nyata di lapangan. Ia berharap studi ini dapat menjadi dasar bagi kebijakan pemerintah yang lebih tepat sasaran dan efektif dalam meningkatkan kinerja daur ulang plastik di Indonesia. Transparansi data menjadi kunci keberhasilan pengelolaan sampah secara berkelanjutan.
Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Ade Palguna Ruteka, menyambut positif hasil studi SWI dan IPR. Ia menilai studi ini melengkapi upaya pemerintah dan memberikan wawasan tambahan melalui analisa komprehensifnya. Kolaborasi lintas pemangku kepentingan, menurut Ade, menjadi kunci untuk mewujudkan sistem pengelolaan sampah yang inklusif dan berkelanjutan.
Target Pemerintah dan Peran Swasta
Pemerintah Indonesia, melalui Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, menargetkan penyelesaian 100 persen permasalahan sampah pada tahun 2029. Untuk mencapai target tersebut, berbagai strategi telah disiapkan, termasuk mendorong penerapan prinsip ekonomi sirkular dalam sistem daur ulang dan mendorong produsen untuk menerapkan Extended Producer Responsibility (EPR).
"Untuk mencapai target tersebut, telah disiapkan berbagai strategi pengurangan dan penanganan sampah, termasuk mendorong penerapan prinsip ekonomi sirkular dalam sistem daur ulang serta mendorong produsen untuk menerapkan Extended Producer Responsibility (EPR)," jelas Ade Palguna Ruteka.
Perusahaan swasta juga menunjukkan komitmennya dalam mendukung upaya daur ulang plastik. Unilever Indonesia Foundation, misalnya, telah mengumpulkan dan mengelola 90.000 ton sampah plastik pada tahun 2024, melebihi jumlah plastik yang digunakan untuk produk-produknya. Nestlé Indonesia juga aktif dalam pengumpulan sampah plastik kemasan, bekerja sama dengan pengepul, pendaur ulang, dan TPS3R di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang mampu melayani hingga 6.000 rumah tangga.
Komitmen dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta, menunjukkan adanya upaya serius dalam mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia. Dengan kolaborasi yang kuat dan inovasi berkelanjutan, target pengelolaan sampah nasional diharapkan dapat tercapai.
Data akurat dan transparansi menjadi kunci keberhasilan upaya daur ulang. Studi RRI diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengembangan kebijakan dan strategi yang lebih efektif dalam pengelolaan sampah plastik di Indonesia, menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.