Korban Gempa Myanmar Capai 3.471 Jiwa, PBB Serukan Solidaritas Internasional
Gempa dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo di Myanmar telah menyebabkan 3.471 kematian, ribuan luka-luka, dan kekhawatiran wabah penyakit di antara para penyintas.

Gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar pada 28 Maret 2024 telah mengakibatkan tragedi kemanusiaan yang mengerikan. Jumlah korban jiwa terus meningkat dan hingga Minggu (6/4), telah mencapai angka 3.471 jiwa, menurut laporan media pemerintah. Bencana alam ini terjadi di Myanmar, menyebabkan kerusakan besar dan penderitaan bagi ribuan orang. Tim SAR masih terus berupaya mencari dan menyelamatkan korban yang masih tertimbun reruntuhan.
Selain korban jiwa, gempa tersebut juga menyebabkan 4.671 orang luka-luka dan 214 orang lainnya masih dinyatakan hilang hingga Sabtu (5/4). Meskipun demikian, terdapat secercah harapan dengan berhasil diselamatkannya sekitar 653 orang yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan. Upaya penyelamatan melibatkan tim SAR lokal dan internasional yang bekerja tanpa lelah di tengah kondisi yang sulit.
Situasi pasca gempa sangat memprihatinkan. Banyak bangunan hancur, infrastruktur rusak parah, dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Kondisi ini diperparah oleh cuaca yang tidak menentu, dengan curah hujan dan suhu panas ekstrem yang meningkatkan risiko wabah penyakit. Kekhawatiran akan merebaknya penyakit seperti kolera semakin nyata, mengingat banyak penyintas terpaksa tidur di ruang terbuka tanpa akses sanitasi yang memadai.
Situasi Darurat di Mandalay dan Seruan PBB
Pejabat tertinggi PBB urusan kemanusiaan, Tom Fletcher, setelah mengunjungi para penyintas di Mandalay, menggambarkan situasi tersebut sebagai "mencengangkan." Beliau menyoroti kebutuhan mendesak akan bantuan internasional dan menyerukan komunitas global untuk bersatu mendukung rakyat Myanmar yang tengah menghadapi cobaan berat ini. Mandalay, kota yang terletak dekat pusat gempa, menjadi salah satu wilayah yang paling terpukul.
Kondisi di lapangan memang sangat memprihatinkan. Banyak keluarga yang terpaksa tidur di luar reruntuhan rumah mereka, sementara proses evakuasi jenazah masih berlangsung. Ketakutan akan gempa susulan juga menambah kecemasan para penyintas. "Banyak keluarga tidur di luar reruntuhan rumah mereka, sementara jenazah orang-orang tercinta masih ditarik dari puing-puing. Ada ketakutan nyata akan gempa susulan," tulis Fletcher melalui akun X.
Meskipun demikian, terdapat sejumlah perkembangan positif. Jalur kereta api Yangon-Mandalay dan Bandara Internasional Mandalay telah dibuka kembali setelah sempat ditutup akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa. Namun, perbaikan infrastruktur masih membutuhkan waktu dan upaya yang signifikan. Gempa telah merusak 60 tanggul dan 11 jembatan kereta api, serta menyebabkan rel melengkung di beberapa titik.
Dampak Gempa di Negara Tetangga
Gempa bumi tersebut juga dirasakan di negara tetangga, Thailand. Getaran gempa telah menyebabkan korban jiwa di Thailand, dengan jumlah korban tewas yang telah meningkat menjadi 24 orang. Selain itu, masih terdapat 77 orang lainnya yang dinyatakan hilang.
Bencana ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan solidaritas internasional dalam memberikan bantuan kemanusiaan. Bantuan segera dibutuhkan untuk para korban, termasuk makanan, air bersih, tempat tinggal sementara, dan perawatan medis. Upaya pemulihan dan pembangunan kembali infrastruktur juga akan membutuhkan waktu dan sumber daya yang besar.
Perlu kerjasama global untuk membantu Myanmar mengatasi dampak gempa bumi ini. Dukungan dari berbagai negara dan organisasi internasional sangat penting untuk memastikan bahwa para penyintas mendapatkan bantuan yang dibutuhkan dan proses pemulihan dapat berjalan dengan lancar.