Kudus Deflasi Dua Bulan Berturut-Turut, Daya Beli Masyarakat Tetap Aman?
Meskipun Kabupaten Kudus mengalami deflasi selama dua bulan, Pemerintah Kabupaten Kudus memastikan daya beli masyarakat tetap aman berkat sejumlah faktor penunjang.

Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut, namun Pemerintah Kabupaten Kudus memastikan daya beli masyarakat tetap aman. Deflasi ini terjadi pada bulan Januari dan Februari 2025, dengan penurunan harga yang signifikan pada beberapa komoditas. Kondisi ini memicu pertanyaan: bagaimana deflasi ini berdampak pada perekonomian lokal dan daya beli masyarakat Kudus?
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kudus, Djatmiko Muhardi, menjelaskan bahwa deflasi salah satunya disebabkan oleh adanya diskon tarif listrik. Hal ini diperkuat oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan tarif listrik sebagai penyumbang deflasi terbesar. Meskipun harga beberapa komoditas mengalami fluktuasi, ketersediaan barang di pasaran tetap terjaga.
Pemerintah Kabupaten Kudus secara aktif memantau situasi pasar dan memastikan stok kebutuhan pokok tetap aman. Hal ini penting mengingat Kudus bukan penghasil komoditas pokok, sehingga ketergantungan pada pasokan dari luar daerah cukup tinggi. Upaya ini diharapkan dapat menjamin kelancaran distribusi dan menjaga stabilitas harga.
Deflasi Kudus dan Dampaknya terhadap Perekonomian Lokal
BPS Kabupaten Kudus mencatat deflasi sebesar 0,99 persen pada bulan Februari 2025. Tarif listrik menjadi penyumbang utama deflasi dengan angka 1,05 persen, disusul oleh cabai merah (0,07 persen), bawang merah (0,05 persen), daging ayam ras (0,04 persen), dan telur ayam ras (0,02 persen). Meskipun demikian, beberapa komoditas lain justru mengalami kenaikan harga, seperti emas perhiasan, bensin, sigaret kretek mesin (SKM), kue basah, dan martabak.
Kusuma Agung Handaka, Fungsional Statistisi Madya BPS Kabupaten Kudus, menambahkan bahwa deflasi juga terjadi di sembilan wilayah cakupan indeks harga konsumen (IHK) di Jawa Tengah. Wilayah tersebut antara lain Cilacap, Purwokerto, Wonosobo, Wonogiri, Rembang, Surakarta, Semarang, dan Tegal. Meskipun terjadi deflasi, pertumbuhan ekonomi yang baik di Kudus membantu menjaga daya beli masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Kudus terus berupaya untuk memastikan stabilitas harga dan ketersediaan barang di pasaran. Pemantauan rutin dilakukan untuk mengantisipasi potensi gejolak harga dan memastikan distribusi barang berjalan lancar. Hal ini penting untuk menjaga daya beli masyarakat dan mencegah dampak negatif deflasi terhadap perekonomian lokal.
Meskipun beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, penurunan harga pada komoditas pokok seperti tarif listrik dan beberapa bahan pangan memberikan dampak positif terhadap daya beli masyarakat. Pemerintah Kabupaten Kudus optimistis bahwa daya beli masyarakat akan tetap terjaga, mengingat pertumbuhan ekonomi yang positif.
Langkah-langkah Pemerintah Kabupaten Kudus Menjaga Stabilitas Ekonomi
- Pemantauan rutin pasar untuk memastikan ketersediaan stok kebutuhan pokok.
- Koordinasi dengan distributor untuk menjamin kelancaran distribusi barang.
- Upaya menjaga stabilitas harga komoditas pokok.
- Pemantauan pertumbuhan ekonomi untuk mengantisipasi dampak deflasi.
Dengan adanya langkah-langkah tersebut, Pemerintah Kabupaten Kudus berharap dapat terus menjaga stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat meskipun terjadi deflasi. Keberhasilan ini menjadi bukti pentingnya peran pemerintah daerah dalam menjaga kesejahteraan warganya.
Meskipun deflasi terjadi selama dua bulan, daya beli masyarakat Kudus tetap terjaga berkat beberapa faktor, termasuk penurunan harga listrik dan upaya pemerintah dalam menjaga ketersediaan barang di pasaran. Situasi ini menunjukkan ketahanan ekonomi lokal dan kemampuan pemerintah dalam mengelola dampak fluktuasi harga.