Sulsel Alami Deflasi 1,09 Persen di Februari 2025, Makassar Tertinggi
Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel mencatat deflasi tahunan 1,09 persen pada Februari 2025, dipengaruhi penurunan harga sejumlah komoditas, terutama di Kota Makassar.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mengumumkan terjadinya deflasi tahunan sebesar 1,09 persen pada bulan Februari 2025. Hal ini ditandai dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang mencapai angka 104,52. Deflasi ini disebabkan oleh penurunan harga pada beberapa kelompok pengeluaran utama, yang berdampak signifikan pada perekonomian daerah.
Kepala BPS Sulsel, Aryanto, memaparkan data tersebut dalam konferensi pers di Makassar pada Senin, 3 Maret 2025. Ia menjelaskan bahwa penurunan harga paling besar terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, mencapai angka 14,51 persen. Penurunan ini memberikan kontribusi terbesar terhadap deflasi yang terjadi.
Secara geografis, deflasi di Sulsel juga menunjukkan disparitas. Kota Makassar mencatat deflasi tertinggi sebesar 1,29 persen (IHK 104,71), sementara Kota Parepare mencatat deflasi terendah sebesar 0,03 persen (IHK 105,64). Perbedaan ini menunjukkan adanya faktor-faktor lokal yang mempengaruhi dinamika harga di masing-masing daerah.
Analisis Deflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
Penurunan harga yang signifikan tidak hanya terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga mengalami penurunan sebesar 0,16 persen. Kelompok transportasi mencatat penurunan 0,09 persen, dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun 0,48 persen. Meskipun demikian, beberapa kelompok pengeluaran justru mengalami inflasi.
Kelompok pakaian dan alas kaki mengalami kenaikan harga sebesar 1,44 persen. Kemudian, perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga naik 1,41 persen, dan kelompok kesehatan naik 0,81 persen. Kenaikan harga juga terlihat pada kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya (1,17 persen), pendidikan (1,02 persen), serta penyediaan makanan dan minuman/restoran (3,29 persen).
Kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang mencapai 8,59 persen. Kenaikan ini perlu menjadi perhatian khusus, mengingat dampaknya terhadap daya beli masyarakat. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk memahami penyebab kenaikan harga yang signifikan pada kelompok ini.
Aryanto juga menyampaikan data deflasi secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,89 persen pada Februari 2025. Sementara itu, deflasi year to date (ytd) hingga Februari 2025 mencapai 1,64 persen. Data ini menunjukkan tren penurunan harga secara umum di Sulawesi Selatan.
Implikasi Deflasi dan Pertimbangan Ke Depan
Deflasi di Sulawesi Selatan pada Februari 2025 memberikan gambaran yang kompleks. Meskipun menunjukkan penurunan harga pada beberapa komoditas penting, naiknya harga pada beberapa kelompok lain perlu diwaspadai. Pemerintah daerah perlu mencermati perkembangan ini dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat.
Analisis lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan deflasi dan inflasi pada berbagai kelompok pengeluaran. Hal ini penting untuk merumuskan kebijakan yang tepat sasaran dan efektif dalam mengendalikan inflasi dan menjaga kesejahteraan masyarakat Sulawesi Selatan.
Pemantauan harga secara berkala dan responsif terhadap perubahan pasar menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi. Kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sangat penting dalam menghadapi dinamika harga yang selalu berubah.
Data BPS ini menjadi acuan penting bagi berbagai pihak dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi ini diharapkan dapat membantu pemerintah dan pelaku usaha dalam menyusun strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan ekonomi ke depan.