Sumsel Alami Deflasi 0,36 Persen di Januari 2025: Ini Penyebabnya
Badan Pusat Statistik mencatat Sumatera Selatan mengalami deflasi 0,36 persen secara bulanan pada Januari 2025, didorong penurunan harga perumahan dan kenaikan harga cabai.
![Sumsel Alami Deflasi 0,36 Persen di Januari 2025: Ini Penyebabnya](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/04/000029.114-sumsel-alami-deflasi-036-persen-di-januari-2025-ini-penyebabnya-1.jpeg)
Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengalami deflasi sebesar 0,36 persen secara bulanan (mtm) pada Januari 2025, demikian data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel. Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Yulianto, mengumumkan hal ini pada Senin di Palembang. Penurunan harga ini cukup signifikan dan menarik perhatian para ekonom.
Deflasi tersebut terutama didorong oleh penurunan harga pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Kelompok ini berkontribusi sebesar 1,16 persen terhadap deflasi dengan perubahan indeks sebesar 8,3 persen. Penurunan tarif listrik menjadi faktor utama penyebab penurunan ini.
Namun, di sisi lain, terjadi tekanan inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Kelompok ini mengalami kenaikan harga sebesar 2,27 persen dengan andil 0,68 persen terhadap inflasi. Kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit menjadi penyebab utama kenaikan harga di kelompok ini.
Wahyu menjelaskan kontradiksi antara deflasi dan inflasi ini. Ia menyebutkan bahwa penurunan tarif listrik menjadi penyeimbang utama terhadap kenaikan harga cabai. Perlu diingat bahwa kedua komoditas ini memiliki bobot yang cukup signifikan dalam indeks harga konsumen.
Secara tahunan (yoy), Sumsel justru mengalami inflasi sebesar 0,92 persen pada Januari 2025. Beberapa komoditas utama penyumbang inflasi tahunan antara lain emas perhiasan, cabai merah, minyak goreng, cabai rawit, dan bahan bakar rumah tangga. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan tren harga antara bulanan dan tahunan.
Inflasi tahunan tertinggi disumbangkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau (2,89 persen dan andil 0,90 persen), transportasi (1,84 persen dan andil 0,24 persen), serta perawatan pribadi dan jasa lainnya (8,66 persen dan andil 0,56 persen). Ketiga kelompok ini memiliki dampak yang cukup luas pada perekonomian Sumsel.
Beberapa faktor eksternal juga memengaruhi kondisi ini. Wahyu mencatat penyesuaian harga BBM dan LPG bersubsidi, penyesuaian harga gabah, pengaruh cuaca, kenaikan UMP Sumsel, kenaikan tarif cukai hasil tembakau, dan sejumlah upaya pengendalian inflasi sebagai faktor yang perlu diperhatikan. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami interaksi berbagai faktor tersebut.