BPS: Diskon Listrik Picu Deflasi 0,76 Persen di Januari 2025
Program diskon tarif listrik menjadi penyebab utama deflasi 0,76 persen di Indonesia pada Januari 2025, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).
![BPS: Diskon Listrik Picu Deflasi 0,76 Persen di Januari 2025](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/03/140055.730-bps-diskon-listrik-picu-deflasi-076-persen-di-januari-2025-1.jpeg)
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,76 persen pada Januari 2025. Penyebab utamanya? Diskon tarif listrik!
Diskon Listrik sebagai Faktor Utama Deflasi
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan dalam konferensi pers di Jakarta bahwa diskon 50 persen untuk pelanggan listrik daya hingga 2200 VA menjadi faktor dominan. Diskon ini memberikan andil deflasi sebesar 1,47 persen terhadap angka deflasi umum. Metode perhitungan BPS mengikuti Consumer Price Index Manual, standar internasional dalam menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK). Diskon hanya diperhitungkan jika kualitas barang/jasa sama dan diskon tersedia luas.
Komoditas Lain yang Mempengaruhi Deflasi
Selain listrik, komoditas lain turut berkontribusi pada deflasi Januari 2025, meskipun dengan andil lebih kecil. Ketimun, tarif kereta api, dan tarif angkutan udara juga mengalami penurunan harga, masing-masing memberikan andil deflasi sebesar 0,03 persen, 0,01 persen, dan 0,01 persen.
Komoditas yang Menyumbang Inflasi
Di sisi lain, beberapa komoditas justru mendorong inflasi. Cabai merah (0,19 persen) dan cabai rawit (0,17 persen) menjadi penyumbang inflasi terbesar. Ikan segar, minyak goreng, dan bensin juga turut berkontribusi, masing-masing sebesar 0,03 persen.
Analisis Komponen Inflasi
Dari segi komponen, deflasi Januari 2025 didominasi oleh komponen harga diatur pemerintah (administered price) yang deflasinya mencapai 7,38 persen, berkontribusi 1,44 persen terhadap deflasi umum. Komponen ini dipengaruhi oleh tarif listrik, angkutan udara, dan kereta api. Berbeda dengan komponen harga bergejolak (volatile food) dan komponen inti (core inflation) yang justru mengalami inflasi.
Komponen harga bergejolak mencatat inflasi 2,95 persen (andil 0,48 persen), dipengaruhi oleh cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras. Sementara komponen inti mengalami inflasi 0,30 persen (andil 0,20 persen), dengan kontribusi dominan dari minyak goreng, emas perhiasan, sewa rumah, kopi bubuk, mobil, dan sepeda motor.
Deflasi di Tingkat Provinsi
Secara geografis, 34 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami deflasi pada Januari 2025. Papua Barat mencatat deflasi terdalam sebesar 2,29 persen, sementara inflasi tertinggi terjadi di Kepulauan Riau (0,43 persen).
Kesimpulannya, deflasi Januari 2025 didorong terutama oleh program diskon tarif listrik pemerintah. Meskipun beberapa komoditas lain juga berkontribusi, dampak diskon listrik sangat signifikan terhadap angka deflasi secara keseluruhan.