Diskon Tarif Listrik: Penyebab Utama Deflasi DKI Jakarta Dua Bulan Terakhir
Penerapan diskon tarif listrik 50 persen oleh pemerintah terbukti menjadi faktor utama deflasi di DKI Jakarta pada Januari dan Februari 2025, menurut data BPS.

Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mengungkapkan bahwa diskon tarif listrik sebesar 50 persen menjadi kontributor utama deflasi di Jakarta selama Januari dan Februari 2025. Diskon ini memberikan dampak signifikan terhadap penurunan harga barang dan jasa di ibu kota. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, dalam konferensi pers pada Senin lalu.
Pada Januari 2025, diskon tarif listrik berkontribusi sebesar 1,94 persen terhadap deflasi bulanan Jakarta yang mencapai 1,50 persen. Angka ini menunjukkan betapa besar pengaruh kebijakan pemerintah tersebut terhadap kondisi ekonomi Jakarta. Sementara itu, pada Februari 2025, andil diskon listrik terhadap deflasi bulanan sebesar 0,29 persen mencapai 0,91 persen.
"Dari 11 kelompok pengeluaran, diskon tarif listrik ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap warna inflasi Jakarta dalam dua bulan terakhir ini," ujar Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin. Pernyataan ini menegaskan pentingnya peran sektor energi dalam mempengaruhi angka inflasi di Jakarta.
Dampak Diskon Listrik terhadap Deflasi Jakarta
Lebih lanjut, Hasanudin menjelaskan bahwa deflasi yang terjadi di Jakarta pada Februari 2025, sebesar 0,29 persen, berbeda dengan kondisi dua tahun sebelumnya. Untuk pertama kalinya, deflasi terjadi pada bulan Februari, dan diskon tarif listrik menjadi pendorong utamanya. "Di tingkat nasional deflasinya cukup dalam di minus 0,48 persen, kita berada pada level minus 0,29 persen," kata Hasanudin, membandingkan kondisi Jakarta dengan situasi nasional.
Selain tarif listrik, beberapa komoditas lain juga berkontribusi terhadap deflasi di Jakarta pada bulan Februari 2025. Komoditas tersebut antara lain bawang merah (0,04 persen), cabai rawit (0,03 persen), cabai merah (0,02 persen), dan tomat (0,02 persen). Meskipun kontribusinya lebih kecil dibandingkan tarif listrik, komoditas-komoditas ini tetap berperan dalam menekan angka inflasi.
Secara tahunan, Jakarta juga mengalami deflasi pada Februari 2025, sebesar 0,59 persen. Deflasi tahunan ini didorong terutama oleh kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, dengan andil deflasi sebesar 2,16 persen. Sekali lagi, tarif listrik menjadi penyumbang utama dalam kelompok ini, dengan andil sebesar 2,28 persen.
Rincian Diskon Tarif Listrik dan Dampaknya
Pemerintah memberikan diskon sebesar 50 persen untuk tarif listrik pelanggan rumah tangga PT PLN (Persero) dengan daya sampai dengan 2.200 VA. Diskon ini berlaku untuk pemakaian bulan Januari 2025 (dibayar Februari 2025) dan Februari 2025 (dibayar Maret 2025). Pelanggan prabayar mendapatkan diskon langsung saat membeli token listrik pada Januari dan Februari 2025.
Dengan kebijakan ini, masyarakat hanya membayar setengah harga token listrik dibandingkan bulan-bulan sebelumnya untuk mendapatkan kWh yang sama. Kebijakan ini terbukti efektif dalam meringankan beban masyarakat dan berkontribusi signifikan terhadap deflasi di DKI Jakarta. Komoditas lain yang turut berkontribusi pada deflasi tahunan antara lain cabai merah (0,12 persen), tomat (0,04 persen), daging ayam ras (0,02 persen), dan tarif kereta api (0,02 persen).
Kesimpulannya, kebijakan diskon tarif listrik pemerintah terbukti efektif dalam menekan angka inflasi di DKI Jakarta pada Januari dan Februari 2025. Hal ini menunjukkan pentingnya peran pemerintah dalam mengendalikan harga barang dan jasa, khususnya komoditas yang berpengaruh signifikan terhadap daya beli masyarakat.