Diskon Listrik Picu Deflasi Februari 2025, Jaga Daya Beli Masyarakat
Pemerintah memberikan diskon tarif listrik untuk menjaga daya beli masyarakat yang berkontribusi pada deflasi 0,09 persen (yoy) di Februari 2025.

Jakarta, 3 Maret 2025 - Deflasi sebesar 0,09 persen (yoy) mewarnai perekonomian Indonesia pada Februari 2025. Kontributor utama deflasi ini ternyata adalah program diskon tarif listrik 50 persen yang diterapkan pada Januari dan Februari 2025. Program ini, menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, dirancang khusus untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah berbagai tantangan ekonomi.
Febrio menjelaskan bahwa dampak positif diskon listrik terhadap inflasi akan terasa beberapa bulan ke depan. "Diskon tarif listrik akan mengakibatkan angka inflasi yang rendah dalam beberapa bulan ke depan. Program ini merupakan bagian dari serangkaian paket kebijakan stimulus ekonomi yang diberikan untuk menjaga daya beli masyarakat," jelasnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Program ini terbukti efektif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan diskon listrik memberikan andil deflasi bulanan sebesar 0,67 persen dan secara tahunan 2,16 persen. Hal ini berdampak signifikan pada penurunan harga dalam kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami deflasi tahunan sebesar 12,08 persen (yoy).
Diskon Listrik Tekan Inflasi Komponen Harga yang Diatur Pemerintah
Kebijakan diskon tarif listrik memberikan dampak besar pada tren deflasi komponen harga yang diatur pemerintah (administered price). Pada Februari 2025, komponen ini mengalami deflasi signifikan sebesar 9,02 persen (yoy). Hal ini menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan inflasi melalui intervensi langsung pada sektor energi.
Meskipun demikian, inflasi masih terlihat pada beberapa komoditas lain. Tarif air minum PAM dan rokok masih menunjukan tren kenaikan harga. Namun, inflasi inti tetap terkendali di angka 2,48 persen (yoy), didorong oleh kelompok perawatan pribadi dan rekreasi. Kondisi ini mengindikasikan daya beli masyarakat masih terjaga.
Sementara itu, inflasi pangan bergejolak mulai melandai, mencapai 0,56 persen (yoy). Tren ini dipengaruhi oleh harga pangan yang terkendali dan diproyeksikan akan terus stabil seiring dengan masuknya panen raya padi dan peningkatan produksi hortikultura.
Dampak Positif Diskon Listrik terhadap Konsumen
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan lebih lanjut mengenai dampak diskon listrik terhadap konsumen. "Pelanggan PLN pascabayar mulai merasakan diskon tarif listrik untuk pelanggan 2.200 VA ke bawah, yang tentunya dirasakan pada tagihan bulan Februari 2025 untuk pembayaran pemakaian Januari 2025," ujar Amalia. Diskon ini secara langsung meringankan beban pengeluaran masyarakat, khususnya bagi mereka yang menggunakan listrik dengan daya rendah.
Dari empat subkelompok komoditas dalam kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, hanya subkelompok listrik dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami deflasi tahunan, yakni sebesar 32,97 persen (yoy). Ini menunjukkan efektivitas program diskon listrik dalam menekan inflasi pada sektor ini.
Penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 102,20 pada Februari 2024 menjadi 89,85 pada Februari 2025 juga menjadi bukti nyata keberhasilan program ini. Program ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat.
Secara keseluruhan, program diskon listrik terbukti efektif dalam menekan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat. Pemerintah berharap langkah ini dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia.