Deflasi Februari 2025: Inflasi Diprediksi 2,38 Persen Sepanjang Tahun
Ekonom Bank Mandiri memprediksi inflasi Indonesia tahun 2025 sebesar 2,38 persen, meskipun terjadi deflasi 0,09 persen secara tahunan pada Februari 2025.

Jakarta, 3 Maret 2025 - Indonesia mengalami deflasi 0,09 persen (year-on-year/yoy) pada Februari 2025, menandai deflasi tahunan pertama sejak Maret 2000. Hal ini disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Meskipun demikian, Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, memproyeksikan tingkat inflasi tahunan akan mencapai 2,38 persen pada tahun 2025.
Deflasi Februari, baik secara tahunan (0,09 persen yoy) maupun bulanan (0,48 persen month-to-month/mtm), menurut Asmoro, sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor sementara. Intervensi pemerintah, seperti diskon tarif listrik dan pengendalian harga pangan, berperan signifikan dalam menekan inflasi. Namun, pengurangan intervensi tersebut di masa mendatang berpotensi memicu kenaikan harga kembali.
Meskipun demikian, Asmoro tetap optimistis. Ia menjelaskan bahwa inflasi akan pulih secara bertahap dan mendekati target Bank Indonesia (BI) sebesar 2,5 plus minus 1 persen. Pernyataan ini disampaikannya dalam keterangan resmi di Jakarta pada Senin lalu.
Faktor Penyebab Deflasi dan Tren Inflasi
Andry Asmoro menjelaskan bahwa penurunan harga yang signifikan, terutama pada barang-barang yang diatur pemerintah, tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi ekonomi secara keseluruhan. Inflasi inti, yang mengukur harga barang dan jasa inti tanpa memperhitungkan barang yang diatur pemerintah, justru menunjukkan tren peningkatan. Hal ini mengindikasikan adanya tekanan harga global, yang diperparah oleh depresiasi rupiah dan kenaikan harga emas.
Fluktuasi harga pangan yang sempat mereda diperkirakan akan stabil di kuartal I-2025, berkat pasokan beras yang melimpah. Namun, potensi gangguan rantai pasokan atau cuaca buruk tetap menjadi ancaman bagi stabilitas harga pangan. "Jika terjadi gangguan dalam rantai pasokan atau cuaca buruk, harga pangan bisa kembali terpengaruh," ujar Asmoro.
Pemerintah juga telah berupaya menjaga stabilitas harga menjelang Idul Fitri dengan memberikan diskon tarif tol dan tiket pesawat. Langkah ini bertujuan untuk mendorong konsumsi masyarakat. "Pemantauan terhadap dampak program tersebut terhadap inflasi secara keseluruhan menjadi sangat penting," tambah Asmoro.
Dampak Kebijakan Pemerintah dan Prospek Ke Depan
Program pemerintah seperti diskon tarif listrik 50 persen dan pengendalian harga pangan terbukti efektif menekan inflasi dalam jangka pendek. Namun, keberlanjutan kebijakan ini perlu dikaji untuk memastikan stabilitas harga jangka panjang. Diskon 20 persen untuk tarif tol dan potongan harga tiket pesawat domestik juga diharapkan dapat meredam tekanan inflasi, terutama menjelang periode peningkatan mobilitas masyarakat.
Meskipun terjadi deflasi pada Februari 2025, tekanan inflasi masih ada. Kenaikan harga emas dan depresiasi rupiah menjadi faktor eksternal yang perlu diwaspadai. Ke depan, pemantauan terhadap perkembangan harga pangan dan dampak kebijakan pemerintah akan menjadi kunci dalam mengendalikan inflasi dan mencapai target Bank Indonesia.
Secara keseluruhan, proyeksi inflasi 2,38 persen untuk tahun 2025 mencerminkan kompleksitas dinamika ekonomi Indonesia. Faktor-faktor internal dan eksternal perlu dipertimbangkan dalam upaya menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Ke depan, Bank Mandiri tetap optimis terhadap pemulihan ekonomi dan stabilitas harga. Pemantauan yang ketat terhadap berbagai faktor yang memengaruhi inflasi akan menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai target inflasi yang telah ditetapkan.