Inflasi Diprediksi Naik Usai Diskon Listrik Berakhir Maret 2025
Ekonom PermataBank memprediksi inflasi akan meningkat di Maret 2025 setelah program diskon listrik berakhir, meskipun deflasi terjadi di Januari 2025 karena program tersebut.
![Inflasi Diprediksi Naik Usai Diskon Listrik Berakhir Maret 2025](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/10/170059.947-inflasi-diprediksi-naik-usai-diskon-listrik-berakhir-maret-2025-1.jpg)
Jakarta, 10 Februari 2025 - Head of Macroeconomics and Market Research PermataBank, Faisal Rachman, memperkirakan lonjakan inflasi pada Maret 2025. Hal ini menyusul berakhirnya program diskon tarif listrik pada akhir Februari 2025. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi bulanan 0,76 persen (mtm) pada Januari 2025, terutama disebabkan oleh program diskon tersebut. Kenaikan harga yang signifikan setelahnya patut diantisipasi.
Analisis Inflasi Januari 2025
Faisal menjelaskan dalam Media Briefing PIER Economic Review: FY 2024, bahwa inflasi Januari 2025 berada di bawah target Bank Indonesia (BI), yaitu di bawah 1,5 persen. Deflasi Januari 2025, yang berbeda dari tren sebelumnya, disebabkan oleh penurunan harga yang diatur pemerintah (administered price), mencapai 7,38 persen mtm. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi tahunan sebesar 8,75 persen yoy, berkontribusi sebesar 1,39 persen terhadap deflasi.
Faisal menekankan peran diskon listrik dalam deflasi Januari 2025. Ia menyatakan, "Secara komponen, housing, water, electricity itu terkena deflasi 8,75 persen secara year on year (yoy) di bulan Januari, karena faktor itu (diskon tarif listrik). Tetapi kalau kita menghilangkan itu, maka memang inflasi masih akan cenderung di atas 1,5 persen. Jadi memang ini purely mostly memang karena electricity."
Prospek Inflasi Maret 2025 dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Dengan berakhirnya diskon listrik dan tanpa perpanjangan kebijakan pemerintah, inflasi diperkirakan akan meningkat. Situasi ini diperparah dengan bulan Ramadan yang jatuh pada Maret 2025, yang biasanya diiringi peningkatan permintaan. Meskipun kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih mencatatkan inflasi 3,69 persen yoy pada Januari 2025, dampak berakhirnya diskon listrik diprediksi akan jauh lebih besar.
PermataBank memproyeksikan inflasi Indonesia pada 2025 akan berada di kisaran 2 persen. Namun, prediksi ini perlu dikaji ulang dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi inflasi.
Potensi Inflasi Impor dan Kebijakan Moneter
Faisal juga menyoroti potensi inflasi impor (imported inflation) akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Pelemahan rupiah meningkatkan biaya impor bahan baku, yang dapat mendorong kenaikan harga barang di tingkat konsumen. Hal ini dapat membatasi ruang pemotongan suku bunga acuan BI (BI-Rate) karena tekanan dari sisi global, termasuk capital outflow dan tekanan pada rupiah.
Faisal menambahkan, "Tetapi second round-nya kalau rupiah itu terus melemah, itu bisa memberikan imported inflation kepada sisi supply. Dan mungkin bisa di-pass through juga ke sisi konsumen, itu memberikan risiko."
Kesimpulan
Kesimpulannya, meskipun Januari 2025 mencatat deflasi, potensi kenaikan inflasi pada Maret 2025 cukup signifikan. Berakhirnya program diskon listrik, peningkatan permintaan selama Ramadan, dan potensi inflasi impor menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu mempertimbangkan langkah-langkah antisipatif untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi.