Jambi Alami Deflasi 0,27 Persen di Februari 2025, Tarif Listrik Jadi Penentu
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi mencatat deflasi 0,27 persen (yoy) pada Februari 2025, dipengaruhi penurunan harga sejumlah komoditas, terutama tarif listrik.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi mencatat deflasi sebesar 0,27 persen (yoy) pada Februari 2025. Penurunan harga beberapa komoditas, mulai dari tarif listrik hingga cabai merah, menjadi faktor utama deflasi ini. Kepala BPS Provinsi Jambi, Agus Sudibyo, menjelaskan bahwa penurunan tarif listrik memberikan dampak yang signifikan terhadap angka deflasi.
Penurunan tarif listrik, yang merupakan kebijakan pemerintah, menjadi penentu utama deflasi di Jambi. Agus Sudibyo menyatakan, "Ini adalah harga yang ditentukan pemerintah, TPID tidak bisa berbuat apa-apa." Besarnya pengaruh tarif listrik ini membuat kenaikan atau penurunan harga komoditas tersebut langsung berdampak besar pada angka inflasi di Provinsi Jambi.
Deflasi ini juga dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas lain seperti cabai merah, tomat, daging ayam ras, dan beras. Secara bulanan, Provinsi Jambi mengalami deflasi sebesar 0,60 persen pada Februari 2025 dibandingkan Januari 2025. Meskipun beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, seperti emas perhiasan, dampaknya masih lebih kecil dibandingkan penurunan harga komoditas lainnya, sehingga deflasi tetap terjadi.
Faktor-faktor Penyebab Deflasi di Jambi
Beberapa komoditas utama yang menjadi penahan inflasi di Jambi antara lain tarif listrik (1,90 persen), cabai merah (0,24 persen), tomat (0,15 persen), daging ayam ras (0,13 persen), dan beras (0,10 persen). Penurunan harga tarif listrik memberikan kontribusi terbesar terhadap deflasi. Sementara itu, andil penurunan harga komoditas secara bulanan meliputi tarif listrik (0,68 persen), daging ayam ras (0,30 persen), bawang merah (0,06 persen), jengkol (0,05 persen), dan tomat (0,02 persen).
Di sisi lain, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, seperti emas perhiasan yang menjadi pendorong inflasi tertinggi di Februari 2025 dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Komoditas lain yang mengalami kenaikan harga antara lain minyak goreng, ikan nila, kopi bubuk, dan bawang merah. Namun, kenaikan harga komoditas ini masih lebih kecil dibandingkan penurunan harga komoditas lainnya, sehingga deflasi tetap terjadi. Agus Sudibyo menambahkan, "Kenaikan ini tidak sebesar penurunan tadi, sehingga masih negatif atau masih lebih besar yang turun sehingga deflasi."
Distribusi geografis deflasi di Jambi juga bervariasi. Kota Jambi mengalami deflasi sebesar 0,91 persen, sementara Muaro Bungo mengalami inflasi sebesar 0,11 persen dan Kerinci sebesar 1,73 persen. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lokal yang mempengaruhi harga komoditas di masing-masing daerah.
Dampak Kebijakan Pemerintah dan Pasokan Pangan
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Jambi, Johansyah, menjelaskan bahwa kebijakan diskon tarif listrik berperan penting dalam pengendalian inflasi. Selain itu, kelancaran pasokan komoditas pangan juga berkontribusi signifikan. Johansyah menyatakan, "Pasokan lancar disamping Kerinci panen mensuport pasar disana yang dinilai inflasi, juga di wilayah Sumatera juga panen seperti Aceh, Medan mempengaruhi ketersediaan pangan inflasi di Jambi."
Provinsi Jambi telah mengalami deflasi berturut-turut sejak Januari 2025, yang sebagian besar dipengaruhi oleh tarif listrik. Namun, pemerintah provinsi tetap waspada karena kebijakan diskon tarif listrik akan berakhir, sehingga perlu mengantisipasi potensi kenaikan inflasi di masa mendatang. Pemerintah juga sedang mempertimbangkan dampak kebijakan diskon tarif angkutan udara terhadap pengendalian inflasi di Jambi.
Secara keseluruhan, deflasi di Jambi pada Februari 2025 merupakan hasil dari berbagai faktor, termasuk kebijakan pemerintah, pasokan komoditas, dan fluktuasi harga di pasar. Meskipun deflasi terjadi, pemerintah tetap waspada dan akan terus memantau perkembangan harga komoditas untuk mengantisipasi potensi inflasi di masa mendatang.