Tarif Listrik Turun, BPS Jatim Catat Deflasi 0,59 Persen di Februari 2025
Penurunan tarif listrik dan harga beberapa komoditas pangan utama di Jawa Timur pada Februari 2025 menjadi penyebab utama deflasi sebesar 0,59 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mengumumkan deflasi sebesar 0,59 persen (month-to-month/mtm) pada Februari 2025. Kabar baik ini terutama didorong oleh penurunan harga sejumlah komoditas penting, mulai dari tarif listrik hingga komoditas pangan seperti bawang merah, cabai, dan daging ayam ras. Deflasi ini memberikan dampak positif bagi perekonomian Jawa Timur dan menunjukkan tren penurunan harga yang cukup signifikan di berbagai sektor.
Kepala BPS Jawa Timur, Zulkipli, menjelaskan dalam konferensi pers di Surabaya bahwa penurunan harga komoditas pangan memberikan kontribusi besar terhadap deflasi Februari 2025. Penurunan tarif listrik, khususnya, memiliki andil signifikan terhadap deflasi secara keseluruhan. Lebih lanjut, Zulkipli juga memaparkan rincian penurunan harga komoditas lainnya yang turut berkontribusi pada angka deflasi tersebut.
Kondisi ini menandai deflasi kedua kalinya di Jawa Timur pada tahun 2025, setelah sebelumnya terjadi deflasi pada bulan Januari. Tren penurunan harga ini menunjukkan adanya stabilitas harga yang positif di pasar Jawa Timur, meskipun perlu dipantau lebih lanjut untuk memastikan keberlanjutannya.
Analisis Deflasi Jawa Timur Februari 2025
Penurunan tarif listrik menjadi faktor dominan dalam deflasi Februari 2025, mencapai 25,03 persen dan berkontribusi sebesar 0,7 persen terhadap angka deflasi keseluruhan. Hal ini menunjukkan dampak signifikan kebijakan pemerintah dalam menekan biaya hidup masyarakat. Selain itu, penurunan harga bawang merah (16,58 persen, andil 0,07 persen), cabai rawit (5,92 persen, andil 0,03 persen), dan daging ayam ras (1,46 persen, andil 0,03 persen) juga turut berkontribusi.
Komoditas lain yang mengalami deflasi antara lain tomat (12,82 persen, andil 0,02 persen), kacang panjang (14,96 persen, andil 0,01 persen), dan cabai merah (6,54 persen, andil 0,01 persen). Penurunan harga pada komoditas-komoditas ini menunjukkan peningkatan pasokan atau penurunan permintaan di pasar. Kondisi ini perlu dikaji lebih lanjut untuk memahami dinamika pasar yang terjadi.
Dengan deflasi di bulan Februari, inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) Februari 2025 terhadap Desember 2024 tercatat minus 1,13 persen. Sementara itu, inflasi tahun ke tahun (year-on-year/yoy) Februari 2025 terhadap Februari 2024 tercatat minus 0,03 persen. Angka-angka ini menunjukkan tren penurunan harga yang cukup signifikan dalam periode tersebut.
Deflasi di Tingkat Kabupaten/Kota
Seluruh 11 kabupaten/kota di Jawa Timur mengalami deflasi pada bulan Februari 2025. Kediri mencatat deflasi tertinggi sebesar 0,98 persen (mtm), sementara Sumenep mencatat deflasi terendah sebesar 0,17 persen (mtm). Deflasi di kabupaten/kota lain bervariasi, dengan Banyuwangi 0,24 persen, Probolinggo 0,43 persen, Surabaya 0,53 persen, Malang 0,69 persen, Tulungagung 0,72 persen, Jember 0,76 persen, Madiun 0,78 persen, Gresik 0,8 persen, dan Bojonegoro 0,84 persen.
Kondisi deflasi di Jawa Timur sejalan dengan tren nasional. Zulkipli menambahkan bahwa dari 38 provinsi di Indonesia, sebanyak 33 provinsi mengalami deflasi pada bulan Februari 2025. Hal ini menunjukkan bahwa tren penurunan harga merupakan fenomena yang cukup luas di Indonesia.
Kesimpulan: Deflasi di Jawa Timur pada Februari 2025 didorong oleh penurunan harga sejumlah komoditas penting, terutama tarif listrik dan beberapa komoditas pangan. Kondisi ini menunjukkan dampak positif bagi perekonomian daerah dan perlu dipantau lebih lanjut untuk memastikan keberlanjutannya serta dampaknya terhadap perekonomian masyarakat.