Diskon Listrik Picu Deflasi 0,69 Persen di Kota Malang
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat deflasi 0,69 persen pada Februari 2025, terutama disebabkan oleh diskon tarif listrik dan penurunan harga sejumlah komoditas pangan.

Kota Malang mengalami deflasi sebesar 0,69 persen pada Februari 2025. Hal ini diungkapkan oleh Kepala BPS Kota Malang, Umar Sjaifudin, pada Senin lalu. Deflasi ini lebih dalam dibandingkan Januari 2025 yang hanya mencapai 0,6 persen. Penyebab utamanya adalah diskon tarif listrik dan penurunan harga beberapa komoditas pangan.
Diskon tarif listrik, yang termasuk dalam kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, memberikan andil sebesar 0,70 persen terhadap deflasi. Efek diskon ini terasa signifikan di Februari karena banyaknya masyarakat yang menggunakan sistem pascabayar listrik. "Token itu langsung berpengaruh di Januari dimana ketika melakukan pembelian langsung mendapatkan diskon 50 persen, tetapi di Februari efeknya langsung karena pascabayar dan ada token," jelas Umar Sjaifudin.
Selain faktor listrik, penurunan harga sejumlah komoditas pangan juga berkontribusi terhadap deflasi. Komoditas seperti bawang merah, daging ayam ras, cabai rawit, dan telur ayam ras mengalami penurunan harga, memberikan andil deflasi sebesar 0,54 persen dibandingkan bulan Januari 2025. Kelompok makanan dan minuman yang sebelumnya mengalami inflasi di Januari, justru mengalami deflasi 0,15 persen di Februari.
Faktor Penyumbang Deflasi dan Inflasi di Kota Malang
Beberapa kelompok lain juga turut menyumbang deflasi, di antaranya kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,01 persen). Namun, beberapa kelompok justru menyebabkan inflasi. Kelompok pakaian alas kaki menyumbang inflasi sebesar 0,15 persen, disusul perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rumah tangga (0,19 persen), serta kelompok kesehatan (0,09 persen).
Kelompok transportasi juga mengalami inflasi sebesar 0,1 persen, begitu pula dengan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya (0,28 persen), penyediaan makanan dan minuman/restoran (0,1 persen), dan perawatan pribadi serta jasa lainnya (1,84 persen). Kondisi ini menunjukkan kompleksitas faktor yang mempengaruhi perekonomian Kota Malang.
Dengan deflasi sebesar 0,69 persen, Kota Malang menempati peringkat ketujuh dari sebelas daerah di Jawa Timur yang mengalami deflasi pada Februari 2025. Kota Kediri mencatat deflasi tertinggi (0,98 persen), sementara Sumenep mencatat deflasi terendah (0,17 persen).
Analisis Lebih Dalam Mengenai Deflasi di Kota Malang
- Diskon Listrik: Faktor dominan deflasi, terutama bagi pengguna pascabayar.
- Penurunan Harga Pangan: Bawang merah, daging ayam, cabai rawit, dan telur ayam ras mengalami penurunan harga.
- Peringkat Deflasi: Kota Malang berada di peringkat ketujuh dari sebelas daerah di Jawa Timur.
Meskipun deflasi memberikan dampak positif bagi daya beli masyarakat, penting untuk memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan inflasi di beberapa sektor. Pemantauan dan analisis yang berkelanjutan diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi Kota Malang.