Deflasi 0,08 Persen Guncang Jateng di Februari 2025: Tarif Listrik Jadi Penyelamat?
Jawa Tengah alami deflasi 0,08 persen di Februari 2025, penurunan tarif listrik jadi faktor utama, meskipun harga emas dan minyak goreng naik.

Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,08 persen pada Februari 2025. Penurunan tarif listrik menjadi salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap deflasi ini, menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah pada Senin, 3 Maret 2025. Kepala BPS Jawa Tengah, Endang Tri Wahyuningsih, memaparkan detail temuan tersebut di Semarang.
Deflasi ini terjadi di tengah pergerakan harga sejumlah komoditas. Penurunan harga beberapa komoditas pangan seperti beras, cabai merah, dan telur turut memberikan andil terhadap penurunan angka inflasi. Namun, kenaikan harga komoditas lain seperti emas perhiasan, minyak goreng, dan beberapa jenis bahan bakar rumah tangga sedikit menahan laju deflasi yang lebih dalam.
Survei yang dilakukan BPS Jawa Tengah mencakup sembilan kabupaten/kota. Hasilnya menunjukkan enam daerah mengalami deflasi, sementara tiga daerah lainnya justru mengalami inflasi. Temuan ini memberikan gambaran yang kompleks mengenai dinamika ekonomi di Jawa Tengah pada Februari 2025.
Faktor Utama Penyebab Deflasi di Jawa Tengah
Penurunan tarif listrik menjadi kontributor terbesar terhadap deflasi di Jawa Tengah pada Februari 2025. "Pengeluaran kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga memberi kontribusi terbesar terhadap deflasi yang mencapai sebesar 15,41 persen," ungkap Kepala BPS Jawa Tengah, Endang Tri Wahyuningsih. Hal ini menunjukkan betapa signifikannya sektor energi dalam mempengaruhi kondisi ekonomi regional.
Selain tarif listrik, penurunan harga beberapa komoditas pangan juga berperan penting. Beras, cabai merah, dan telur mengalami penurunan harga yang cukup signifikan, sehingga turut menekan angka inflasi. Namun, perlu dicatat bahwa dampak penurunan harga komoditas pangan ini mungkin bervariasi di setiap daerah, tergantung pada kondisi pasar lokal.
Meskipun demikian, beberapa komoditas lain justru mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga emas perhiasan, minyak goreng, dan beberapa jenis bahan bakar rumah tangga menjadi penahan utama laju deflasi. Kondisi ini menunjukkan kompleksitas faktor-faktor yang memengaruhi inflasi dan deflasi di Jawa Tengah.
Distribusi Deflasi dan Inflasi di Jawa Tengah
Dari sembilan kabupaten/kota yang disurvei, enam di antaranya mengalami deflasi. Deflasi terdalam terjadi di Kabupaten Wonogiri, mencapai 0,48 persen. Sementara itu, tiga kabupaten/kota lainnya, yaitu Cilacap, Wonosobo, dan Rembang, justru mengalami inflasi. Perbedaan kondisi ekonomi di masing-masing daerah ini menunjukkan pentingnya analisis lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan disparitas tersebut.
Perbedaan kondisi ekonomi antar daerah di Jawa Tengah ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah. Pemahaman yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor penyebab deflasi dan inflasi di masing-masing daerah sangat penting untuk merumuskan kebijakan ekonomi yang tepat sasaran dan efektif. Hal ini akan membantu menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah.
Data yang dirilis BPS Jawa Tengah ini memberikan gambaran yang komprehensif mengenai kondisi ekonomi regional pada Februari 2025. Informasi ini sangat penting bagi pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan perencanaan ekonomi ke depan. Analisis lebih lanjut terhadap data ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika ekonomi Jawa Tengah.
Secara keseluruhan, deflasi 0,08 persen di Jawa Tengah pada Februari 2025 merupakan fenomena yang kompleks. Meskipun penurunan tarif listrik menjadi faktor utama, pergerakan harga komoditas lain juga turut berperan. Perbedaan kondisi ekonomi antar daerah juga perlu menjadi perhatian serius untuk perencanaan kebijakan ekonomi yang lebih efektif dan tepat sasaran.