Lampung Deflasi 0,02 Persen di Februari 2025: Tarif Listrik Jadi Penekan Utama
Provinsi Lampung mengalami deflasi 0,02 persen secara tahunan pada Februari 2025, dengan penurunan tarif listrik menjadi kontributor utama penurunan harga.

Bandarlampung, 03 Maret 2025 (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung mengumumkan bahwa Provinsi Lampung mengalami deflasi sebesar 0,02 persen secara tahunan pada Februari 2025. Penurunan harga ini terjadi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, terutama penurunan harga pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.
Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Lampung, Muhammad Ilham Salam, menjelaskan dalam keterangan daringnya di Bandarlampung bahwa deflasi ini dipengaruhi oleh penurunan harga pada beberapa komoditas utama. Perbandingan data Februari 2024 dan Februari 2025 menunjukkan andil deflasi dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mencapai 1,99 persen. Secara keseluruhan, deflasi yang terjadi mencapai 15,72 persen.
Lebih lanjut, Ilham Salam memaparkan bahwa penurunan harga listrik menjadi faktor utama deflasi. Ia juga menyebutkan beberapa komoditas lain yang berkontribusi terhadap deflasi, seperti beras, cabai merah, tomat, dan jeruk. Perbedaan data bulanan juga menunjukkan tren deflasi yang signifikan di Provinsi Lampung.
Lima Komoditas Penekan Inflasi
Berdasarkan data tahun ke tahun, lima komoditas dengan andil deflasi terbesar di Provinsi Lampung adalah tarif listrik (2,13 persen), beras (0,50 persen), cabai merah (0,28 persen), tomat (0,18 persen), dan jeruk (0,08 persen). Penurunan harga komoditas-komoditas ini secara signifikan memengaruhi angka deflasi secara keseluruhan.
Sementara itu, jika dilihat secara bulanan, lima komoditas dengan andil deflasi terbesar adalah tarif listrik (0,57 persen), cabai merah (0,12 persen), tomat (0,04 persen), bawang merah (0,04 persen), dan susu cair kemasan (0,03 persen). Perbedaan kontribusi komoditas antara perhitungan tahunan dan bulanan menunjukkan dinamika harga yang cukup fluktuatif.
Secara keseluruhan, perhitungan berdasarkan tahun kalender menunjukkan deflasi Lampung di bulan Februari mencapai 1,36 persen. Ini menunjukkan tren penurunan harga yang cukup konsisten sepanjang tahun.
Inflasi Antar Wilayah
BPS Lampung juga merilis data inflasi antar wilayah. Berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK), Kabupaten Mesuji mencatatkan inflasi tertinggi secara tahunan sebesar 0,57 persen dengan IHK 110,13. Di sisi lain, Kabupaten Lampung Timur mengalami deflasi tahunan terdalam sebesar 0,38 persen dengan IHK 108,91.
Kota Bandarlampung mencatatkan IHK 105,91 dengan inflasi 0,09 persen, sementara Kota Metro memiliki IHK 105,19 dan inflasi tahunan 0,06 persen. Perbedaan angka inflasi antar wilayah menunjukkan disparitas ekonomi yang masih terjadi di Provinsi Lampung.
Data ini menunjukkan bahwa meskipun Provinsi Lampung secara keseluruhan mengalami deflasi, kondisi ekonomi di berbagai daerah di provinsi tersebut masih menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Perlu adanya analisis lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut.