Sumsel Rasakan Deflasi 0,41 Persen di Februari 2025, Listrik Jadi Penentu
Badan Pusat Statistik mencatat Sumatera Selatan mengalami deflasi 0,41 persen pada Februari 2025, terutama dipengaruhi penurunan harga tarif listrik dan beberapa komoditas pangan.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan mengumumkan kabar baik terkait kondisi ekonomi daerah. Sumatera Selatan mengalami deflasi sebesar 0,41 persen secara bulanan (month to month/mtm) pada Februari 2025. Penurunan harga ini terjadi di tengah kondisi ekonomi nasional yang dinamis. Deflasi ini terjadi di berbagai sektor, terutama dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah komoditas penting.
Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Yulianto, dalam keterangan pers di Palembang pada Senin, menjelaskan bahwa deflasi Februari 2025 ini lebih rendah dibandingkan inflasi pada bulan yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai 0,01 persen. Penurunan harga sejumlah komoditas utama menjadi faktor kunci penyebab deflasi ini. Hal ini menunjukkan adanya pergerakan positif dalam perekonomian Sumatera Selatan.
Lebih lanjut, Wahyu memaparkan dampak deflasi ini terhadap berbagai sektor ekonomi di Sumatera Selatan. Ia menekankan pentingnya pemantauan dan evaluasi berkelanjutan untuk memastikan stabilitas ekonomi daerah tetap terjaga. Pemerintah daerah diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Lima Komoditas Penyumbang Deflasi
Lima komoditas utama menjadi penyumbang deflasi di Sumatera Selatan pada Februari 2025. Penurunan harga tarif listrik menjadi faktor dominan. Selain itu, harga cabai merah, daging ayam ras, dan bawang merah juga mengalami penurunan signifikan. Penurunan harga komoditas pangan ini memberikan dampak positif bagi daya beli masyarakat.
Penurunan harga komoditas tersebut berkontribusi terhadap penurunan indeks harga di dua kelompok pengeluaran utama. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami perubahan indeks sebesar -0,79 persen, berkontribusi pada deflasi sebesar 0,24 persen. Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami perubahan indeks -3,58 persen, memberikan andil deflasi sebesar 0,46 persen. Hal ini menunjukkan pengaruh signifikan penurunan tarif listrik terhadap deflasi secara keseluruhan.
Meskipun terjadi deflasi secara bulanan, BPS juga mencatat adanya inflasi tahunan (year on year/yoy) sebesar 0,49 persen. Ini menunjukkan adanya fluktuasi harga komoditas yang perlu dipantau secara cermat. Pemerintah perlu memperhatikan dinamika harga ini untuk menjaga stabilitas ekonomi secara berkelanjutan. Perencanaan dan strategi yang tepat sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi potensi inflasi di masa mendatang.
Inflasi Tahun Ke Tahun (YoY)
Secara tahunan (yoy), Sumatera Selatan mengalami inflasi sebesar 0,49 persen pada Februari 2025. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang utama inflasi yoy, dengan andil mencapai 0,84 persen. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan permintaan dan harga di sektor jasa.
Beberapa komoditas menjadi pendorong utama inflasi yoy, antara lain emas perhiasan, bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, cabai rawit, dan sigaret kretek mesin. Kenaikan harga komoditas ini perlu menjadi perhatian pemerintah untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat. Strategi pengendalian inflasi yang tepat sangat penting untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif kenaikan harga.
Secara keseluruhan, data BPS menunjukkan fluktuasi harga komoditas yang dinamis di Sumatera Selatan. Meskipun terjadi deflasi bulanan, inflasi tahunan perlu diwaspadai. Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat. Pemantauan harga komoditas dan kebijakan yang tepat sasaran akan sangat membantu dalam menjaga keseimbangan ekonomi daerah.
Data ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang kondisi ekonomi Sumatera Selatan. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga dan merumuskan kebijakan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan.