Emas Perhiasan Picu Inflasi Tahunan di Aceh, Februari 2025
Inflasi tahunan Aceh pada Februari 2025 mencapai 0,41 persen, didorong kenaikan harga emas perhiasan dan beberapa komoditas makanan, sementara beberapa komoditas lainnya mengalami deflasi.

Banda Aceh, 03/03 (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh mencatat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 0,41 persen pada Februari 2025. Kenaikan harga emas perhiasan menjadi penyumbang utama inflasi ini. Hal ini disampaikan oleh Fungsional Madya BPS Aceh, Haifa Sari, di Banda Aceh pada Senin.
Meskipun terjadi inflasi, angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi Februari 2024. Kenaikan harga emas perhiasan sebesar 0,44 persen menjadi faktor dominan. Selain itu, beberapa komoditas lain dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga berkontribusi terhadap inflasi, seperti tarif air minum PAM (0,31 persen), sigaret kretek mesin (SKM) (0,30 persen), minyak goreng (0,23 persen), dan ikan dencis (0,16 persen).
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 3,39 persen dengan andil 1,27 persen terhadap inflasi keseluruhan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kenaikan harga barang kebutuhan pokok masih menjadi perhatian penting.
Faktor Penahan Inflasi dan Deflasi di Aceh
Di sisi lain, beberapa komoditas justru menahan laju inflasi tahunan. Komoditas tersebut antara lain tarif listrik (-2,19 persen), tomat (-0,27 persen), kangkung (-0,06 persen), daun singkong (-0,03 persen), dan bensin (-0,02 persen). Penurunan harga komoditas ini membantu meredam laju inflasi secara keseluruhan.
Inflasi tahunan terjadi di hampir semua kota indeks harga konsumen (IHK) yang diukur, meliputi Kota Banda Aceh, Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Barat, dan Aceh Tamiang. Namun, Kabupaten Aceh Tengah justru mengalami deflasi tahunan.
Kota Lhokseumawe mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 1,32 persen, sementara Kota Banda Aceh mencatatkan inflasi terendah sebesar 0,07 persen. Sebagai perbandingan, Kabupaten Aceh Tengah mengalami deflasi tahunan sebesar 0,12 persen. Perbedaan ini menunjukkan disparitas kondisi ekonomi di berbagai wilayah Aceh.
Inflasi Bulanan (Month-to-Month/mtm)
Berbeda dengan inflasi tahunan, Aceh mengalami deflasi bulanan (month-to-month/mtm) sebesar 0,48 persen pada Februari 2025. Penyumbang utama deflasi bulanan ini adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi sebesar -3,73 persen dan andil deflasi sebesar -0,54 persen.
Selain itu, penurunan tarif listrik (-0,58 persen), bawang merah (-0,14 persen), telur ayam ras (-0,10 persen), cabai merah (-0,08 persen), dan daging ayam ras (-0,07 persen) juga berkontribusi terhadap deflasi bulanan. Penurunan harga beberapa komoditas ini memberikan dampak positif terhadap daya beli masyarakat.
Secara keseluruhan, data BPS Aceh menunjukkan fluktuasi harga komoditas yang cukup dinamis. Meskipun emas perhiasan menjadi pendorong utama inflasi tahunan, beberapa komoditas lainnya mengalami deflasi, baik secara tahunan maupun bulanan. Pemerintah perlu memperhatikan dinamika harga ini untuk menjaga stabilitas ekonomi di Aceh.