Inflasi Sumsel Capai 1,39 Persen pada April 2025, Tertinggi Dua Tahun Terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Sumatera Selatan mencapai 1,39 persen pada April 2025, tertinggi dalam dua tahun terakhir, didorong kenaikan harga listrik dan komoditas pangan.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) melaporkan angka inflasi yang cukup signifikan pada bulan April 2025. Inflasi month to month (mtm) mencapai 1,39 persen, menjadi angka tertinggi dalam dua tahun terakhir. Kenaikan ini terutama didorong oleh beberapa faktor kunci, termasuk kenaikan harga sejumlah komoditas pangan dan tarif listrik, yang berdampak langsung pada perekonomian masyarakat Sumsel.
Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Yulianto, menjelaskan bahwa kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga menjadi penyumbang utama inflasi dengan andil 0,80 persen dan inflasi sebesar 6,09 persen. Lima komoditas penyumbang inflasi terbesar secara bulanan adalah tarif listrik, emas perhiasan, tomat, cabai merah, dan bawang merah. Kondisi ini, menurut Wahyu, tidak hanya terjadi di Sumsel, melainkan juga di tingkat nasional.
Meskipun angka inflasi April 2025 lebih rendah dibandingkan Maret 2025 (1,53 persen), peningkatannya tetap menjadi perhatian serius. Hal ini mengingat dampaknya terhadap daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi daerah. Oleh karena itu, antisipasi dan langkah-langkah pengendalian inflasi menjadi krusial untuk dilakukan.
Inflasi Tertinggi Dua Tahun Terakhir di Sumsel
Data BPS Sumsel menunjukkan bahwa inflasi month to month (mtm) sebesar 1,39 persen pada April 2025 merupakan angka tertinggi dalam dua tahun terakhir. Kenaikan ini terutama didorong oleh peningkatan harga beberapa komoditas penting, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini menunjukkan pentingnya pemantauan dan pengendalian harga barang-barang kebutuhan pokok agar tetap stabil.
Lebih lanjut, Wahyu menekankan pentingnya peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumsel dalam mengantisipasi dan mengatasi tren peningkatan inflasi ini. TPID diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk menstabilkan harga dan menjaga daya beli masyarakat. Kerjasama antar stakeholder juga menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini.
Selain inflasi bulanan, BPS Sumsel juga mencatat inflasi tahunan (year on year/yoy) pada April 2025 sebesar 2,74 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (April 2024) yang mencapai 3,12 persen. Meskipun lebih rendah, tren peningkatan inflasi tahunan tetap perlu diwaspadai.
Komoditas Penyumbang Inflasi Tertinggi
Dari data yang dirilis BPS Sumsel, terlihat jelas komoditas apa saja yang paling berpengaruh terhadap inflasi. Untuk inflasi bulanan, lima komoditas utama penyumbang inflasi adalah tarif listrik, emas perhiasan, tomat, cabai merah, dan bawang merah. Sementara itu, untuk inflasi tahunan, lima komoditas utama adalah emas perhiasan, cabai merah, bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, dan bawang merah.
Peningkatan harga komoditas pangan seperti cabai merah, bawang merah, dan tomat, serta fluktuasi harga emas perhiasan, menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan. Perlu adanya strategi yang tepat untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas harga komoditas-komoditas tersebut di pasar.
Perlu diperhatikan juga bahwa hampir semua kelompok pengeluaran mengalami inflasi, kecuali kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang justru mengalami deflasi sebesar 0,48 persen. Hal ini menunjukkan adanya disparitas dalam tren harga berbagai sektor ekonomi di Sumsel.
Kesimpulannya, inflasi di Sumsel pada April 2025 patut menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan. Pemantauan ketat terhadap harga komoditas, koordinasi yang efektif dalam TPID, dan strategi pengendalian inflasi yang tepat sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat Sumsel.