Inflasi Sulsel April 2025 Tertinggi di Parepare: Tembakau dan Makanan Jadi Penyumbang Utama
Inflasi tahunan Sulawesi Selatan pada April 2025 mencapai 2,28 persen, tertinggi di Parepare (3,68 persen) didorong kenaikan harga makanan, minuman, dan tembakau.

Makassar, 2 Mei 2025 - Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatatkan inflasi tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,28 persen pada April 2025. Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel ini menunjukkan bahwa Kota Parepare mengalami inflasi tertinggi di provinsi tersebut, mencapai angka 3,68 persen. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan harga di berbagai sektor, terutama kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Kepala BPS Sulsel, Aryanto, menjelaskan bahwa inflasi dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK Sulsel pada April 2025 mencapai 108,65. Di Parepare, IHK mencapai 109,99, sementara angka terendah tercatat di Kota Palopo dengan IHK 107,91 dan inflasi 0,97 persen. Perbedaan angka inflasi antar kota ini menunjukkan disparitas ekonomi yang perlu menjadi perhatian.
Aryanto menambahkan bahwa peningkatan harga pada sejumlah kelompok pengeluaran menjadi penyebab utama inflasi. Hal ini menunjukkan kompleksitas permasalahan ekonomi yang dihadapi Sulsel dan membutuhkan analisis lebih lanjut untuk menemukan solusi yang tepat dan terukur.
Inflasi Tertinggi di Parepare Didorong Kenaikan Harga Makanan dan Minuman
Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar di Sulsel pada April 2025, dengan kenaikan mencapai 2,7 persen. Kenaikan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari fluktuasi harga komoditas hingga peningkatan permintaan. Kondisi ini berdampak langsung pada daya beli masyarakat, terutama kelompok berpenghasilan rendah.
Selain itu, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran juga mengalami inflasi signifikan, mencapai 3,16 persen. Kenaikan harga di sektor ini menunjukkan peningkatan biaya operasional restoran dan kafe, yang pada akhirnya dibebankan kepada konsumen.
Menariknya, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatatkan kenaikan paling tinggi, yaitu 11 persen. Kenaikan ini mengindikasikan peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa di sektor ini, yang mungkin dipengaruhi oleh faktor musiman atau tren gaya hidup.
Kelompok Pengeluaran Lain yang Mendorong Inflasi
Beberapa kelompok pengeluaran lainnya juga turut berkontribusi terhadap inflasi Sulsel. Kelompok pakaian dan alas kaki mengalami kenaikan 2 persen, sementara kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga naik 0,81 persen. Kenaikan harga energi dan bahan bakar rumah tangga ini tentunya berdampak langsung pada pengeluaran rumah tangga.
Kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga mengalami kenaikan 1,35 persen. Kelompok kesehatan mencatatkan inflasi sebesar 1,79 persen, sementara kelompok transportasi naik 0,07 persen. Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya mengalami kenaikan 1,46 persen, dan kelompok pendidikan naik 1,02 persen.
Satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, dengan penurunan harga sebesar 0,93 persen. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh peningkatan efisiensi atau persaingan di sektor ini.
Inflasi Bulanan dan Tahun Berjalan
Tidak hanya inflasi tahunan, inflasi bulanan (month to month/mtm) Sulsel pada April 2025 juga cukup tinggi, mencapai 1,75 persen. Sementara itu, inflasi tahun berjalan (year to date/ytd) sejak awal tahun hingga April 2025 tercatat sebesar 2,25 persen. Data ini menunjukkan tren peningkatan harga yang perlu diwaspadai.
Kesimpulannya, inflasi di Sulsel pada April 2025 didorong oleh kenaikan harga di berbagai sektor, terutama makanan, minuman, dan tembakau. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi daerah.