Inflasi Lampung Maret 2025 Capai 1,58 Persen, Bawang Merah Jadi Penyumbang Terbesar
BPS Lampung mencatat inflasi tahunan Maret 2025 sebesar 1,58 persen, didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, terutama bawang merah.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung baru-baru ini merilis data inflasi pada Maret 2025. Inflasi tahunan (year on year/yoy) mencapai angka 1,58 persen. Data ini menunjukkan peningkatan harga barang dan jasa secara keseluruhan di Provinsi Lampung dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penyebab utama inflasi ini dan dampaknya terhadap perekonomian daerah akan dibahas lebih lanjut.
Statistisi Ahli Madya BPS Lampung, Muhammad Ilham Salam, memaparkan data tersebut secara daring. Ia menjelaskan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar, dengan angka 3,76 persen dan andil inflasi sebesar 1,27 persen. Hal ini menunjukkan tingginya pengaruh harga bahan pangan terhadap inflasi di Lampung.
Lebih lanjut, Ilham Salam menjabarkan beberapa komoditas penyumbang inflasi terbesar. Data ini penting untuk memahami dinamika harga di pasar dan upaya pengendalian inflasi ke depannya. Pemerintah daerah perlu memperhatikan data ini dalam merumuskan kebijakan ekonomi yang tepat sasaran.
Komoditas Penyumbang Inflasi Tertinggi
Lima komoditas dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi tahunan terbesar di Lampung pada Maret 2025. Bawang merah menduduki peringkat teratas dengan andil inflasi sebesar 0,55 persen. Posisi berikutnya ditempati oleh kopi bubuk (0,23 persen), sigaret kretek mesin (0,21 persen), minyak goreng (0,15 persen), dan bawang putih (0,12 persen).
Kenaikan harga bawang merah yang signifikan memberikan kontribusi cukup besar terhadap inflasi. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah, mengingat bawang merah merupakan komoditas penting dalam konsumsi masyarakat. Faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan harga bawang merah perlu diidentifikasi dan diatasi.
Sementara itu, kenaikan harga kopi bubuk, sigaret kretek mesin, minyak goreng, dan bawang putih juga berkontribusi terhadap inflasi, meskipun dengan andil yang lebih kecil dibandingkan bawang merah. Fluktuasi harga komoditas ini perlu dipantau secara ketat untuk mencegah inflasi yang lebih tinggi.
Selain komoditas di atas, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga juga memberikan andil yang signifikan terhadap inflasi bulan ke bulan (month to month). Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan tarif dasar listrik turut mempengaruhi inflasi secara keseluruhan.
Inflasi Antar Wilayah
BPS Lampung juga merilis data inflasi antar wilayah. Kabupaten Mesuji mencatat inflasi tahunan tertinggi sebesar 2,54 persen, sementara Kota Metro mencatat inflasi terendah sebesar 1,39 persen. Perbedaan inflasi antar wilayah ini menunjukkan disparitas ekonomi di berbagai daerah di Lampung.
Kota Bandarlampung mencatat inflasi tahunan sebesar 1,45 persen, sedangkan Kabupaten Lampung Timur sebesar 1,71 persen. Perbedaan ini menunjukkan dinamika ekonomi yang berbeda di setiap daerah, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat konsumsi, produksi, dan distribusi barang dan jasa.
Data inflasi ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang kondisi ekonomi di Lampung. Pemerintah daerah perlu memperhatikan data ini untuk merumuskan kebijakan ekonomi yang tepat dan efektif dalam mengendalikan inflasi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Inflasi bulan ke bulan (month to month) di Maret 2025 mencapai 1,96 persen, sedangkan inflasi tahun kalender (year to date) sebesar 0,57 persen. Data ini menunjukkan tren inflasi secara keseluruhan dalam jangka waktu tertentu. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan fluktuasi inflasi tersebut.
Dari data inflasi bulan ke bulan, tarif listrik menjadi penyumbang terbesar dengan andil 1,25 persen, diikuti oleh bawang merah (0,39 persen), bawang putih (0,07 persen), telur ayam ras (0,06 persen), dan bayam (0,05 persen).