Inflasi di Bangka Belitung Capai 1,37 Persen: Harga Emas dan Cabai Meroket
Inflasi tahunan di Bangka Belitung pada April 2025 mencapai 1,37 persen, didorong kenaikan harga emas perhiasan, rokok, minyak goreng, dan beberapa komoditas pangan.

Pangkalpinang, Bangka Belitung, 2 Mei 2025 - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) melaporkan inflasi tahunan (year on year/y-on-y) pada April 2025 mencapai 1,37 persen. Hal ini menunjukkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) menjadi 106,03 dibandingkan April 2024 yang tercatat 104,60. Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor, terutama lonjakan harga pada sejumlah komoditas penting. Kepala BPS Provinsi Kepulauan Babel, Toto Haryanto Silitonga, memaparkan data tersebut dalam konferensi pers di Pangkalpinang.
Secara bulanan (month to month/m-o-m), Babel juga mengalami inflasi sebesar 0,77 persen. Kenaikan harga barang dan jasa ini memengaruhi daya beli masyarakat dan perlu menjadi perhatian pemerintah daerah. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak inflasi ini terhadap perekonomian Babel secara keseluruhan dan langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk mengendalikannya.
Peningkatan IHK ini terutama didorong oleh kenaikan harga pada beberapa kelompok barang dan jasa. Pemerintah Provinsi Babel perlu segera melakukan evaluasi dan mengambil langkah-langkah strategis untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pokok masyarakat.
Faktor Penyebab Inflasi di Bangka Belitung
Berdasarkan data BPS, kenaikan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,97 persen menjadi penyumbang utama inflasi y-on-y. Kenaikan harga juga terjadi pada kelompok pakaian dan alas kaki (1,52 persen), perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,33 persen), serta beberapa kelompok lainnya. Sementara itu, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,69 persen.
Lebih rinci, beberapa komoditas penyumbang inflasi y-on-y antara lain emas perhiasan, rokok (sigaret kretek mesin dan tangan, serta sigaret putih mesin), minyak goreng, beberapa jenis ikan (selar dan tude), cabai merah dan rawit, bayam, kopi bubuk, sepeda motor, sawi hijau, biaya perguruan tinggi, mobil, kangkung, mi kering instan, kelapa, terong, cumi-cumi, dan susu cair kemasan. Kenaikan harga komoditas ini secara signifikan memengaruhi angka inflasi keseluruhan.
Kontribusi terbesar terhadap inflasi y-on-y berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau (0,73 persen), diikuti oleh pakaian dan alas kaki (0,08 persen), serta perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,04 persen). Sementara itu, deflasi y-on-y terutama disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,04 persen).
Dampak dan Langkah Antisipasi
Inflasi yang terjadi di Bangka Belitung berpotensi memengaruhi daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok, khususnya makanan, dapat menekan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan inflasi dan meringankan beban masyarakat.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan pengawasan terhadap harga barang di pasaran, memastikan ketersediaan pasokan barang kebutuhan pokok, dan memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak inflasi. Selain itu, perlu dilakukan diversifikasi komoditas pangan untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa komoditas tertentu.
Pemerintah juga perlu mendorong peningkatan produksi komoditas lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada impor. Kerjasama antar instansi terkait, termasuk BPS, pemerintah daerah, dan pelaku usaha, sangat penting untuk mengatasi permasalahan inflasi ini secara efektif dan berkelanjutan.
"Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi y-on-y, antara lain emas perhiasan, sigaret kretek mesin, minyak goreng, ikan selar, ikan tude, cabai merah, cabai rawit, bayam, kopi bubuk, sigaret kretek tangan, sepeda motor, sawi hijau, perguruan tinggi, mobil, kangkung, mi kering instan, kelapa, sigaret putih mesin, terong, cumi-cumi dan susu cair kemasan," jelas Toto Haryanto Silitonga.
Kesimpulannya, inflasi di Bangka Belitung perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan semua pihak terkait. Langkah-langkah konkret dan terkoordinasi diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dan melindungi daya beli masyarakat.