Kurma: Manisnya Nilai Spiritual dan Potensi Ekonomi yang Menjanjikan
Eksplorasi nilai spiritual kurma dalam Islam dan potensi ekonomi pengembangan budidaya kurma di Indonesia, yang menawarkan peluang bisnis menjanjikan di tengah tingginya impor.

Kurma, buah yang kaya akan nilai spiritual dan manfaat kesehatan, menjadi sorotan seiring potensi ekonomi yang menjanjikan di Indonesia. Hadits Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan berbuka puasa dengan kurma, telah mengukuhkan tempat istimewa buah ini dalam budaya muslim. Konsumsi kurma di Indonesia, khususnya selama Ramadhan, meningkat drastis, menunjukkan besarnya permintaan dan peluang pasar yang terbuka lebar.
Meningkatnya permintaan kurma di Indonesia tercermin dari data impor yang signifikan. Indonesia mengimpor kurma dalam jumlah besar, terutama menjelang Ramadhan, dengan nilai impor mencapai ratusan miliar rupiah setiap tahunnya. Kondisi ini menunjukkan potensi besar untuk mengurangi ketergantungan impor melalui pengembangan budidaya kurma dalam negeri.
Meskipun iklim tropis Indonesia menghadirkan tantangan, beberapa wilayah seperti Riau dan Lombok Utara telah menunjukkan kesuksesan dalam membudidayakan kurma. Kondisi mikroklimat tertentu di daerah-daerah tersebut, seperti tanah berpasir dan pola suhu harian yang spesifik, mendukung pertumbuhan kurma. Keberhasilan ini membuka jalan bagi pengembangan budidaya kurma di berbagai daerah di Indonesia.
Potensi Ekonomi Kurma di Indonesia
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor sekitar 55,43 ribu ton kurma sepanjang tahun 2024, dengan nilai mencapai 79,74 juta dolar AS (Rp1,32 triliun). Tren impor ini meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir, mencapai puncaknya pada tahun 2022 dengan 61,35 ribu ton senilai 86,25 juta dolar AS (Rp1,43 triliun). Impor kurma meningkat tajam menjelang Ramadhan, misalnya pada Januari 2025 mencapai 16,43 ribu ton senilai 20,68 juta dolar AS (Rp343,23 miliar).
Data ini menggarisbawahi besarnya permintaan kurma di Indonesia, terutama menjelang Ramadhan. Kondisi ini menciptakan peluang emas bagi pengembangan budidaya kurma lokal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor. Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Arab Saudi menjadi pemasok utama kurma impor Indonesia. Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO) 2022, Indonesia merupakan importir kurma terbesar ketujuh di dunia.
Meskipun kurma identik dengan daerah gurun, beberapa wilayah di Indonesia memiliki kondisi mikroklimat yang cocok. Provinsi Riau dan Lombok Utara, misalnya, menunjukkan potensi besar dalam budidaya kurma. Tanah berpasir di Lombok Utara, hasil erupsi Gunung Samalas, kaya akan unsur hara yang mirip dengan tanah di Timur Tengah. Varietas lokal Kurma Datu di Lombok Utara bahkan mampu berbuah lebat sepanjang tahun.
Tantangan utama budidaya kurma di Indonesia adalah kelembapan tinggi dan curah hujan yang berbeda dengan habitat aslinya. Daerah dengan musim kemarau panjang atau tanah berpasir cenderung lebih cocok. Namun, dengan teknik budidaya yang tepat, kurma dapat tumbuh di berbagai kondisi.
Dukungan Pemerintah dan Inovasi Teknologi
Pemerintah Indonesia telah mendukung pengembangan kurma sejak 2006, memasukkannya sebagai komoditas binaan Ditjen Hortikultura (Permentan No. 151/Kpts/PD.310/9/2006). Asosiasi petani kurma, seperti Perkumpulan Penggiat Kurma Indonesia (dibentuk sejak 2016), juga berperan penting dalam memfasilitasi kerja sama dan pertukaran informasi.
Harga jual kurma segar lokal cukup tinggi, mencapai Rp250 ribu hingga Rp360 ribu per kg untuk kurma ruthob di Lombok Utara. Satu pohon kurma betina dewasa dapat menghasilkan 100-300 kg buah per tahun, menghasilkan potensi pendapatan yang besar. Varietas unggul seperti Barhee, dengan kemasan premium, bernilai lebih tinggi.
Lembaga penelitian seperti Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Palma (BSIP Tanaman Palma), Kementerian Pertanian, berperan penting dalam pengembangan teknologi budidaya. Sampai tahun 2025, BSIP Tanaman Palma telah mengoleksi tujuh varietas unggul kurma introduksi, melakukan evaluasi, dan memberikan rekomendasi pemupukan.
Sumber bibit kurma dapat berasal dari biji, anakan, atau kultur jaringan. Kultur jaringan menghasilkan bibit unggul dengan kepastian varietas dan jenis kelamin, meskipun harganya relatif mahal. Teknik penanaman, pemupukan, pengairan, dan penyerbukan manual juga perlu diperhatikan untuk memastikan produksi optimal.
Kisah Sukses Budidaya Kurma di Indonesia
Berbagai kisah sukses menunjukkan potensi budidaya kurma di Indonesia. Iwan Tarigan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, berhasil membudidayakan kurma di dataran tinggi. Perkebunan “Kurma Datu” di Lombok Utara, dengan varietas Kurma Datu yang berbuah sepanjang tahun, menjadi contoh perkebunan kurma produktif. Agrowisata Kebun Kurma di Pasuruan, Jawa Timur, dan Perkebunan Kurma Lembah Barbate di Aceh Besar juga menunjukkan keberhasilan dalam skala yang lebih besar.
Keberhasilan-keberhasilan ini membuktikan bahwa dengan inovasi, adaptasi, dan teknik pertanian yang tepat, kurma dapat tumbuh subur di Indonesia dan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Pengembangan budidaya kurma tidak hanya berpotensi meningkatkan perekonomian, tetapi juga melestarikan nilai spiritual yang melekat pada buah ini.