Langkah Konkret Perkuat Rupiah: Bukan Sekadar Solusi Sementara
Maraknya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mendorong perlunya solusi fundamental, bukan hanya intervensi jangka pendek, melalui peningkatan cadangan emas, reformasi perbankan, dan ketahanan pangan.

Pada Maret 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mencapai 16.379,80 IDR/USD. Pelemahan ini menimbulkan kekhawatiran, terutama dengan melonjaknya harga beras impor dan kesulitan akses minyak goreng. Kondisi ini memaksa pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk mencari solusi fundamental guna mengatasi masalah yang telah berlangsung lama ini, bukan hanya solusi sementara.
Pelemahan rupiah disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Dari luar, kebijakan moneter AS yang menaikkan suku bunga membuat dolar lebih menarik bagi investor global, sehingga modal mengalir keluar dari Indonesia. Ketidakpastian global, seperti perang dagang dan konflik geopolitik, juga memperparah situasi. Di dalam negeri, ketergantungan Indonesia pada impor dan pengelolaan fiskal yang kurang meyakinkan mengurangi kepercayaan investor.
Pemerintah dan BI telah berupaya mengatasi situasi dengan menaikkan suku bunga dan mengintervensi pasar dengan menjual cadangan devisa. Namun, solusi ini hanya bersifat sementara. Tanpa mengatasi akar permasalahan, seperti ketergantungan impor dan stabilitas fiskal, rupiah akan tetap rentan. Munculnya tren kripto juga menambah tantangan baru.
Meningkatkan Cadangan Emas Nasional
Salah satu langkah konkret adalah meningkatkan kepemilikan cadangan emas nasional. Negara-negara dengan mata uang kuat memiliki cadangan emas besar sebagai penyangga ekonomi. Indonesia, dengan produksi emas yang cukup signifikan, dapat meningkatkan cadangan ini melalui perluasan tambang dan optimalisasi smelter. Cadangan emas yang melimpah dapat menjadi benteng pertahanan saat ekonomi global bergejolak.
Peningkatan produksi emas nasional, yang mencapai 110 ton pada 2023 menurut Mining Technology, dan tambahan 50 ton per tahun dari smelter Freeport di Gresik, dapat dioptimalkan. Eksplorasi tambang baru di Papua berpotensi menambah cadangan emas secara signifikan, menjadi benteng ekonomi yang kuat seperti yang dilakukan Rusia pada 2022.
Dengan mempertimbangkan ketegangan geopolitik yang meningkat dan contoh Jerman yang menerbitkan surat utang 500 miliar dolar AS pada 2025 untuk memperkuat pertahanan, peningkatan cadangan emas menjadi langkah strategis yang perlu diprioritaskan.
Reformasi Perbankan: Menghapus Bunga dan Kembali ke Fungsi Inti
Langkah kedua adalah mengembalikan fungsi bank sebagai perantara sejati dengan menghapus bunga dan menerapkan peran murni sebagai pengelola titipan dan wakil pemilik dana. Bank Syariah Indonesia (BSI), dengan kepemilikan mayoritas dari bank-bank BUMN, dapat menjadi contoh dalam menerapkan model ini.
Sistem ini menawarkan dua akad: akad titipan dengan biaya administrasi kecil, dan akad wakalah bil ujrah, di mana bank menyalurkan dana nasabah ke sektor riil (UMKM) dan menerima upah atas jasanya. Model ini menghilangkan biaya bunga, mengurangi biaya dana, dan mendorong pertumbuhan ekonomi riil.
Dengan menghilangkan sistem bunga, bank akan terbebas dari beban biaya dana dan risiko bisnis, fokus pada pengelolaan dana nasabah secara aman dan efisien, serta mendorong pertumbuhan ekonomi riil melalui pembiayaan UMKM.
Ketahanan Pangan Rumah Tangga: Solusi Sederhana, Dampak Besar
Sebagai usulan tambahan, memperkuat ketahanan pangan dari rumah tangga sangat penting. Ketidakpastian geopolitik dapat memicu lonjakan harga pangan global. Menanam sayuran hidroponik di rumah dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan mengendalikan inflasi.
Praktik sederhana seperti menanam kangkung atau bayam hidroponik dapat menghemat pengeluaran rumah tangga dan mengurangi beban impor pangan. Jika jutaan rumah tangga menerapkannya, dampaknya akan signifikan terhadap ketahanan pangan nasional dan stabilitas rupiah. Hal ini juga melengkapi program pemerintah seperti food estate.
Menurut Trading Economics, impor pangan Indonesia masih tinggi, sehingga langkah ini menjadi solusi tambahan yang efektif dan efisien untuk mengurangi ketergantungan pada impor serta memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Kesimpulan
Solusi jangka pendek seperti intervensi devisa dan menaikkan suku bunga hanya bersifat sementara. Perbaikan fundamental, seperti meningkatkan cadangan emas, mereformasi sistem perbankan, dan membangun ketahanan pangan dari rumah tangga, merupakan langkah-langkah yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk memperkuat rupiah dan membangun fondasi ekonomi yang kokoh. Dengan kerjasama semua pihak, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan merata.