Lebak Ajak Warga Laporkan Kekerasan Anak: 134 Kasus Tercatat Tahun 2024
Pemerintah Kabupaten Lebak mengajak masyarakat untuk aktif melaporkan kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan, dengan catatan 134 kasus kekerasan anak dan perempuan terjadi di tahun 2024.

Lebak ajak warga laporkan kekerasan anak. Pemerintah Kabupaten Lebak menyerukan kepada masyarakat untuk segera melaporkan segala bentuk kekerasan terhadap anak dan perempuan kepada pihak berwajib. Seruan ini disampaikan menyusul meningkatnya angka kekerasan terhadap anak dan perempuan di daerah tersebut. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Lebak, Abdul Rohim, pada Kamis lalu.
Abdul Rohim menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak dan perempuan. Menurutnya, keberanian warga untuk melapor sangat krusial dalam proses penegakan hukum. Kolaborasi antara masyarakat dan aparat kepolisian, khususnya Unit PPA Polres Lebak, telah menunjukkan hasil positif dalam penanganan kasus-kasus serupa sebelumnya.
Data dari DP2KBP3A Kabupaten Lebak mencatat angka yang mengkhawatirkan. Sepanjang tahun 2024, tercatat sebanyak 134 kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan. Rinciannya, 25 kasus merupakan pelecehan seksual, sementara 109 kasus lainnya merupakan bentuk kekerasan lainnya. Mayoritas pelaku merupakan orang-orang terdekat korban, seperti orang tua tiri, saudara kandung, tetangga, guru, kekasih, atau teman dekat.
Mengapa penting melapor? Laporan masyarakat menjadi kunci utama dalam mengungkap dan menindak pelaku kekerasan. Dengan adanya laporan, aparat penegak hukum dapat segera melakukan investigasi, melindungi korban, dan menjerat pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku. Keengganan melapor hanya akan membiarkan pelaku berkeliaran bebas dan berpotensi melakukan kejahatan serupa.
Bagaimana upaya pencegahan? Pemerintah Kabupaten Lebak tidak hanya fokus pada penanganan pasca-kekerasan, tetapi juga berupaya mencegah terjadinya kekerasan sejak dini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan pemulihan dan rehabilitasi kepada korban kekerasan seksual. Proses pemulihan ini melibatkan ahli psikologi dan kejiwaan, guna membantu korban memulihkan trauma dan kembali beraktivitas normal.
Selain itu, Pemkab Lebak juga berkomitmen untuk memastikan korban kekerasan seksual dapat melanjutkan pendidikannya dan tidak putus sekolah. Pendampingan hukum juga diberikan hingga proses persidangan di pengadilan. Pihak sekolah, seperti SMAN 1 Maja, juga turut berperan aktif dengan mengoptimalkan pembelajaran karakter berbasis agama Islam, seperti shalat berjamaah, mengaji, dan kegiatan rohani lainnya, guna mencegah perilaku menyimpang seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba, dan minuman keras.
Kesimpulannya, upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan instansi terkait sangat dibutuhkan untuk memberantas kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kabupaten Lebak. Laporan dari masyarakat merupakan senjata ampuh untuk melindungi anak dan perempuan serta memberikan keadilan bagi korban. Pencegahan melalui pendidikan karakter dan pemahaman agama juga menjadi kunci penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan melindungi generasi muda.