LG Batalkan Sebagian Investasi di Indonesia: Bukan Masalah Domestik, Melainkan Persaingan Global
Indonesian Business Council (IBC) menjelaskan pembatalan sebagian investasi LG di proyek baterai kendaraan listrik bukan karena faktor dalam negeri, melainkan persaingan global yang ketat dengan perusahaan China.

Jakarta, 02 Mei 2024 - Indonesian Business Council (IBC) memberikan klarifikasi terkait pembatalan sebagian investasi LG, perusahaan asal Korea Selatan, dalam proyek konsorsium baterai kendaraan listrik (EV) Grand Package di Indonesia. Ketua Dewan Pengawas IBC, Arsjad Rasjid, menegaskan bahwa keputusan ini bukan disebabkan oleh dinamika ekonomi atau politik dalam negeri, melainkan karena persaingan ketat di pasar global.
Menurut Arsjad Rasjid, dominasi perusahaan otomotif China, BYD, di pasar kendaraan listrik global memaksa LG, yang memasok baterai untuk Hyundai (perusahaan otomotif Korea Selatan), untuk berevaluasi ulang strategi investasinya. Hal ini membuat rencana pembangunan fasilitas pembuatan baterai kendaraan listrik di Indonesia, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar global, menjadi kurang sesuai dengan kondisi terkini.
"Jadi belum tentu itu karena Indonesia," tegas Arsjad Rasjid dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (2/5). Ia menambahkan bahwa tantangan yang dihadapi LG merupakan tantangan global, bukan semata-mata masalah yang spesifik terjadi di Indonesia. "Faktanya adalah itu, jadi bukan dihadapi oleh Indonesia, tapi dihadapi oleh dunia," jelasnya.
Persaingan Global di Industri Baterai Kendaraan Listrik
Pembatalan sebagian investasi LG ini melibatkan proyek senilai sekitar 11 triliun won (Rp130,7 triliun) untuk membangun rantai pasok baterai kendaraan listrik di Indonesia. Konsorsium yang dipimpin LG, termasuk LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp, dan mitra lainnya, telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan beberapa BUMN untuk membangun rantai nilai baterai EV yang lengkap.
Proyek ambisius ini mencakup seluruh proses, mulai dari pengadaan bahan baku hingga produksi prekursor, bahan katode, dan pembuatan sel baterai. Indonesia, sebagai produsen nikel terbesar di dunia – bahan utama baterai EV – diharapkan menjadi lokasi strategis untuk proyek ini. Namun, persaingan global yang ketat mengubah perhitungan investasi LG.
Meskipun demikian, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, memberikan penjelasan yang berbeda. Ia menyatakan bahwa LG tidak membatalkan seluruh investasinya, melainkan hanya sebagian dari proyek Grand Package. Proyek ini terdiri dari empat joint venture dengan fokus pengembangan yang berbeda, dan LG tetap berkomitmen pada salah satu di antaranya.
Komitmen LG Tetap Ada
Rosan Roeslani menekankan bahwa komitmen LG terhadap Indonesia tetap besar. Ia menyebutkan bahwa LG telah merealisasikan investasi tahap awal sebesar 1,1 miliar dolar AS (Rp18,4 triliun) dan berencana menambah investasi sebesar 1,7 miliar dolar AS (Rp28,5 triliun) pada tahap kedua pengembangan sel baterai proyek Grand Package. Pernyataan ini memberikan gambaran yang lebih optimistis terhadap prospek investasi LG di Indonesia, meskipun sebagian proyeknya dibatalkan.
Perlu dipahami bahwa keputusan LG ini merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam menghadapi dinamika pasar global yang cepat berubah. Persaingan yang ketat di industri baterai kendaraan listrik, yang didominasi oleh perusahaan China, memaksa perusahaan-perusahaan lain untuk menyesuaikan strategi dan mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien.
Ke depan, pemerintah Indonesia perlu terus meningkatkan daya saing dan daya tarik investasi di sektor kendaraan listrik, termasuk dengan menciptakan ekosistem yang lebih kondusif dan kompetitif. Hal ini akan memastikan Indonesia tetap menjadi tujuan investasi yang menarik bagi perusahaan-perusahaan global di sektor ini.