Lontong Cap Go Meh: Warisan Kuliner yang Merajut Tradisi Nusantara
Lontong Cap Go Meh, hidangan khas perayaan Cap Go Meh, merepresentasikan akulturasi budaya Tionghoa dan Indonesia, melambangkan keberagaman, harapan, dan keberuntungan.
![Lontong Cap Go Meh: Warisan Kuliner yang Merajut Tradisi Nusantara](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/01/29/130044.092-lontong-cap-go-meh-warisan-kuliner-yang-merajut-tradisi-nusantara-1.jpeg)
Lontong Cap Go Meh, lebih dari sekadar makanan, merupakan warisan kuliner yang kaya makna dan sejarah. Hidangan ini muncul pada perayaan Cap Go Meh, penutup rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek, biasanya jatuh pada tanggal 15 bulan pertama penanggalan Imlek. Tradisi ini telah lama menyatukan berbagai budaya di Indonesia, khususnya di Jawa.
Asal-usul Lontong Cap Go Meh berakar pada tradisi masyarakat Tionghoa Peranakan di Jawa, khususnya Semarang dan Surabaya. Pada masa kolonial, mereka beradaptasi dengan budaya lokal, mengganti bubur putih (makanan Cap Go Meh di Tiongkok) dengan lontong, makanan berbahan dasar beras yang lebih diterima dalam budaya kuliner Nusantara. Perpaduan ini melahirkan hidangan unik yang kita kenal sekarang.
Makna simbolisnya pun begitu dalam. Lontong sendiri melambangkan harapan akan umur panjang dan kesejahteraan, bentuknya yang panjang menyerupai gulungan kitab, mewakili ilmu dan kebijaksanaan. Opor ayam, sebagai simbol kemakmuran, telur pindang merepresentasikan kesempurnaan dan awal yang baru, sementara sambal goreng ati melambangkan ketulusan. Sayur labu siam menambahkan unsur keseimbangan. Kombinasi lauk pauk ini merefleksikan keberagaman dan kebersamaan, harmoni budaya Tionghoa dan Indonesia.
Awalnya, hidangan ini hanya disajikan di rumah-rumah keluarga Tionghoa Peranakan. Namun, seiring waktu, popularitasnya meluas. Kini, Lontong Cap Go Meh mudah ditemukan di berbagai restoran dan warung makan, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta. Bahkan, banyak orang dari berbagai latar belakang menikmati hidangan ini, membuktikan daya tariknya yang universal.
Salah satu contoh keberlanjutan tradisi ini terlihat dari Ketupat Cap Go Meh Gloria Ny Kartika Tjandra di Metro Atom Pasar Baru, Jakarta. Berdiri sejak 1965, warung ini menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek. Resep dan cita rasa otentiknya dijaga turun temurun, dari generasi ke generasi.
Ketupat Cap Go Meh Gloria menyajikan lebih dari sekadar ketupat dan kuah. Hidangan lengkapnya berisi ketupat, ayam kampung bumbu kari/opor, tahu, telur bebek, tempe, kentang, sayur labu, sambal goreng petai, ati ampela, dan urat sengkel. Kombinasi rasa yang kaya dan penggunaan bahan berkualitas tinggi menjadi kunci kelezatannya. Sambal goreng petai, misalnya, menjadi favorit banyak pelanggan.
Menjelang Cap Go Meh, dapur Ketupat Cap Go Meh Gloria mulai beroperasi sejak pukul 05.00 pagi untuk memenuhi permintaan yang membludak. Bagi banyak orang, menikmati hidangan ini bukan sekadar menyantap makanan lezat, tetapi juga bagian dari tradisi keluarga dan perayaan budaya yang sarat makna. Warung ini, dengan cita rasa khasnya, menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan terus menjadi bagian integral perayaan Imlek di Jakarta.
Lontong Cap Go Meh, bukan hanya sekadar hidangan, tetapi juga cerminan akulturasi budaya dan simbol persatuan. Rasa lezatnya berpadu dengan sejarah panjang dan makna filosofis yang mendalam, menjadikan hidangan ini warisan berharga yang patut dilestarikan.