Cap Go Meh Sampit: Ajang Kebersamaan di Kotawaringin Timur
Perayaan Cap Go Meh di Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menjadi ajang kebersamaan dan mempererat persatuan antar berbagai suku, etnis, budaya, dan agama, setelah sempat vakum selama enam tahun.

Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, kembali diramaikan oleh kemeriahan Cap Go Meh. Perayaan tahunan ini bukan sekadar perayaan budaya Tionghoa, melainkan menjadi simbol kebersamaan dan persatuan bagi seluruh warga Kotawaringin Timur. Pj. Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kotawaringin Timur, Sanggul Lumban Gaol, menekankan pentingnya perayaan ini sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antar suku, etnis, budaya, dan agama.
Cap Go Meh: Simbol Kebersamaan dan Keharmonisan
Acara yang berlangsung meriah di Sampit pada Kamis malam tersebut dihadiri oleh ribuan warga dari berbagai latar belakang. Sanggul Lumban Gaol menyampaikan, "Malam ini kita bersuka ria dengan masyarakat Tionghoa di Kotawaringin Timur dalam perayaan Cap Go Meh. Ini salah satu ajang kebersamaan kita, memupuk silaturahim antar suku, etnis, budaya dan agama." Kehadiran beragam etnis dan agama dalam perayaan ini menunjukkan betapa Cap Go Meh telah menjadi perekat persatuan di tengah keberagaman masyarakat.
Lebih lanjut, Sanggul menjelaskan bahwa keberagaman budaya dan etnis di Kotawaringin Timur merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan. "Ini merupakan suatu pertanda baik, karena keragaman ini merupakan kekayaan yang harus kita jaga dan lestarikan. Dengan keberagaman itu juga bisa menjadi kekuatan kita dalam membangun daerah ini dengan lebih baik," ujarnya. Beliau juga menambahkan bahwa Cap Go Meh mencerminkan filosofi kehidupan yang penuh harapan, keberuntungan, dan keharmonisan.
Perayaan Setelah Vakum Enam Tahun
Ketua Perkumpulan Sosial Bakti Sampit, Budiman, mengungkapkan bahwa perayaan Cap Go Meh secara massal seperti ini merupakan agenda rutin. Namun, selama enam tahun terakhir, perayaan tersebut terpaksa ditiadakan karena berbagai alasan, termasuk pandemi COVID-19 dan banyaknya warga Tionghoa yang berada di luar kota. "Selama enam tahun kami tidak merayakan Cap Go Meh seperti ini, pertama karena pandemi COVID-19, lalu ada juga waktu ketika banyak warga Tionghoa yang ke luar kota, sehingga kami bersyukur tahun ini Cap Go Meh bisa kembali digelar," kata Budiman.
Meskipun persiapannya tergolong singkat, kurang dari dua minggu, perayaan Cap Go Meh tahun ini berlangsung meriah dan sukses. Lebih dari 2.000 peserta, termasuk anggota Perkumpulan Sosial Bakti, warga Tionghoa, dan tamu undangan lainnya, turut memeriahkan acara tersebut. Keberhasilan penyelenggaraan ini menunjukkan antusiasme masyarakat untuk kembali merayakan Cap Go Meh sebagai simbol kebersamaan dan persatuan.
Pentingnya Kerukunan dan Kebersamaan
Sanggul Lumban Gaol menekankan pentingnya menjaga kerukunan, kebersamaan, dan saling mendukung dalam melestarikan adat dan budaya di Kotawaringin Timur. Kotawaringin Timur sebagai rumah bagi masyarakat multikultur, menjadikan keberagaman sebagai kekuatan untuk membangun daerah. Perayaan Cap Go Meh menjadi bukti nyata bagaimana keberagaman dapat dirayakan dan dimaknai sebagai kekuatan pemersatu.
Cap Go Meh di Kotawaringin Timur bukan hanya sekadar perayaan budaya, tetapi juga menjadi cerminan nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Perayaan ini diharapkan dapat terus menjadi agenda tahunan yang memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di tengah masyarakat.
Dengan adanya perayaan ini, diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menjaga kerukunan dan kebersamaan antar masyarakat yang beragam. Cap Go Meh di Kotawaringin Timur menjadi bukti nyata bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan kelemahan.