LPEM UI Prediksi BI Pertahankan Suku Bunga di 5,75 Persen Maret 2025
Ekonom LPEM UI dan BCA memprediksi Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan di 5,75 persen pada Maret 2025, meskipun inflasi rendah, untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan pasar keuangan.

Jakarta, 19 Maret 2024 - Bank Indonesia (BI) diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Maret 2025. Prediksi ini disampaikan oleh ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI, Teuku Riefky, dan diamini oleh Chief Economist Bank BCA, David Sumual. Keputusan ini dinilai penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan pasar keuangan di tengah berbagai ketidakpastian global.
Meskipun inflasi saat ini berada di bawah target 2,5 persen plus minus 1 persen, kedua ekonom sepakat bahwa kondisi ini bersifat sementara. Periode Ramadhan dan Idul Fitri, misalnya, berpotensi menimbulkan tekanan harga. Oleh karena itu, mempertahankan suku bunga dinilai sebagai langkah antisipatif untuk mencegah gejolak inflasi di masa mendatang.
Prediksi ini juga mempertimbangkan sejumlah risiko eksternal. Volatilitas pasar keuangan global dan ketidakpastian kebijakan perdagangan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump, termasuk sengketa tarif dengan Uni Eropa dan mitra dagang lainnya, menjadi faktor utama yang perlu diwaspadai. Kebijakan The Fed, bank sentral AS, yang cenderung hati-hati dalam pelonggaran moneter juga turut mempengaruhi sentimen pasar dan tekanan terhadap rupiah.
Analisis LPEM UI: Prioritaskan Stabilitas Nilai Tukar
Teuku Riefky menjelaskan bahwa keputusan The Fed terkait suku bunga akan diumumkan sekitar waktu yang sama dengan pertemuan BI. Para pelaku pasar mengharapkan The Fed untuk tidak mengubah suku bunga. Namun, jika BI menurunkan suku bunga, hal itu berpotensi menambah tekanan pada rupiah. Oleh karena itu, LPEM UI menilai BI perlu memprioritaskan stabilitas nilai tukar dan ketahanan pasar keuangan dengan mempertahankan suku bunga di 5,75 persen.
"Dengan dinamika ini, kami memandang bahwa Bank Indonesia harus memprioritaskan stabilitas nilai tukar dan ketahanan pasar keuangan dengan mempertahankan sikap kebijakannya (terkait suku bunga) tidak berubah pada 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur Maret 2025," ujar Riefky.
Ia menekankan bahwa mempertahankan suku bunga acuan pada level tersebut merupakan langkah strategis untuk menghadapi ketidakpastian global dan menjaga stabilitas ekonomi domestik. Hal ini sejalan dengan upaya BI untuk menjaga daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional.
BCA Sepakat: Deflasi Temporer, Risiko Masih Ada
Senada dengan LPEM UI, David Sumual dari Bank BCA juga berpendapat bahwa BI perlu mempertahankan suku bunga acuan. Ia menyatakan bahwa deflasi yang terjadi beberapa bulan terakhir hanya bersifat temporer dan tidak mencerminkan kondisi ekonomi secara keseluruhan.
"Masih ada ketidakpastian terkait perang dagang dan kebijakan suku bunga The Fed, sementara rupiah juga masih dalam tekanan," imbuh Sumual. Pernyataan ini menunjukkan bahwa ketidakpastian global masih menjadi pertimbangan utama dalam menentukan kebijakan moneter.
Sumual menambahkan bahwa mempertahankan suku bunga akan memberikan sinyal yang jelas kepada pasar dan investor, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan stabilitas ekonomi. Langkah ini juga dinilai penting untuk menjaga daya saing ekspor Indonesia di tengah persaingan global yang semakin ketat.
Kesimpulannya, baik LPEM UI maupun Bank BCA sepakat bahwa mempertahankan suku bunga di 5,75 persen pada Maret 2025 merupakan langkah yang tepat bagi BI untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Keputusan ini memprioritaskan stabilitas nilai tukar rupiah dan ketahanan pasar keuangan, mengantisipasi potensi tekanan inflasi di masa mendatang, dan memberikan kepastian bagi pelaku pasar.