Luhut Tantang Indonesia Ciptakan Tandingan DeepSeek dan ChatGPT
Menanggapi dominasi AI global, Luhut Binsar Pandjaitan mendorong Indonesia untuk mengembangkan sistem kecerdasan buatan setara DeepSeek dan ChatGPT, memanfaatkan talenta digital lokal.

Jakarta, 19 Februari 2024 - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, melontarkan tantangan besar bagi Indonesia: menciptakan sistem kecerdasan buatan (AI) yang mampu menyaingi platform global seperti DeepSeek dan ChatGPT. Pernyataan ini disampaikan Luhut dalam acara The Economic Insights 2025 di Jakarta, Rabu lalu. Ia menekankan pentingnya langkah ini, mengingat dominasi AI saat ini masih dipegang oleh negara-negara tertentu.
Luhut optimis Indonesia memiliki potensi untuk mencapai hal tersebut. Menurutnya, sumber daya manusia di bidang digital Indonesia sangat mumpuni. Keberhasilan pengembangan aplikasi-aplikasi seperti PeduliLindungi, Simbara, dan e-katalog menjadi bukti nyata kapabilitas talenta digital dalam negeri. "Saya kira ini penting. Orang bicara DeepSeek, kenapa kita tidak studi mengenai itu? Tidak selalu mahal, harga itu bisa," ujar Luhut, menekankan bahwa biaya pengembangan bukanlah penghalang utama.
Keyakinan Luhut ini didasari atas keberhasilan pengembangan berbagai sistem digital yang telah diterapkan di Indonesia. Ia mempertanyakan mengapa hanya Amerika Serikat dan China yang dianggap mampu mengembangkan teknologi AI canggih, sementara Indonesia dengan sumber daya manusianya yang handal, seharusnya juga bisa.
Potensi Talenta Digital Indonesia dan Pilar Govtech
Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa Dewan Ekonomi Nasional (DEN) telah merumuskan empat pilar utama dalam pengembangan government technology (govtech) di Indonesia. Pilar-pilar ini dirancang untuk memanfaatkan teknologi digital dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemerintahan.
Pilar pertama difokuskan pada optimalisasi penerimaan negara, baik pajak maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Sistem digital yang mendukung pilar ini antara lain Coretax untuk pajak dan Simbara untuk PNBP dari sektor mineral dan batu bara. Pilar kedua bertujuan meningkatkan efisiensi belanja negara melalui sistem e-catalogue versi 6.0, yang dilengkapi fitur pengawasan real-time dan integrasi antar kementerian/lembaga.
Pilar ketiga berfokus pada peningkatan pelayanan publik di berbagai sektor, seperti administrasi kependudukan, SIM, paspor, pendidikan, dan kesehatan. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan birokrasi dan memberikan layanan yang lebih cepat dan mudah bagi masyarakat. Pilar terakhir berkaitan dengan kemudahan berusaha melalui sistem Online Single Submission (OSS).
Presiden, menurut Luhut, menargetkan integrasi penuh dari seluruh sistem govtech ini pada Agustus 2025. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memanfaatkan teknologi digital secara maksimal dalam menjalankan roda pemerintahan.
Tantangan dan Peluang Pengembangan AI di Indonesia
Meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan AI, tantangan tetap ada. Salah satu tantangan utama adalah ketersediaan infrastruktur teknologi yang memadai dan pengembangan talenta digital yang berkelanjutan. Pemerintah perlu mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk mendukung riset dan pengembangan di bidang AI.
Namun, peluang juga terbuka lebar. Dengan memanfaatkan talenta digital lokal yang sudah terbukti kompeten, Indonesia dapat mengembangkan sistem AI yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat Indonesia. Hal ini akan memberikan nilai tambah dan keunggulan kompetitif bagi Indonesia di kancah global.
Pengembangan AI di Indonesia tidak hanya sebatas mengejar ketertinggalan, tetapi juga sebagai upaya untuk menciptakan solusi inovatif bagi berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa. Dengan dukungan pemerintah dan kolaborasi antar pemangku kepentingan, Indonesia dapat mewujudkan ambisi untuk menciptakan sistem AI yang setara dengan negara-negara maju.
Keberhasilan pengembangan AI di Indonesia akan berdampak positif bagi berbagai sektor, mulai dari peningkatan efisiensi pemerintahan, peningkatan pelayanan publik, hingga pengembangan ekonomi digital. Oleh karena itu, pengembangan AI menjadi investasi jangka panjang yang sangat penting bagi kemajuan Indonesia.