Manten Tebu di PG Modjopanggung: Tradisi Warisan Kolonial Sambut Musim Giling 2025
Pabrik Gula Modjopanggung Tulungagung menggelar tradisi Manten Tebu, menandai dimulainya musim giling 2025 dan simbol sinergi antara pabrik dan petani tebu.

Pabrik Gula (PG) Modjopanggung di Tulungagung, Jawa Timur, menggelar tradisi unik "Manten Tebu" pada Jumat, 9 Mei 2024, sebagai penanda dimulainya musim giling tahun 2025. Tradisi yang telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda ini melibatkan warga, petani, dan pekerja pabrik dalam sebuah kirab budaya yang meriah.
Kirab Manten Tebu dimulai dari Desa Sidorejo menuju PG Modjopanggung. Sebuah prosesi menyerupai pernikahan adat Jawa, dengan sepasang boneka pengantin diarak diiringi alunan gending Jawa dan sesaji, termasuk batang-batang tebu sebagai simbol harapan panen berlimpah. Acara ini merupakan warisan budaya yang terus dilestarikan, melambangkan sinergi erat antara pabrik gula dan petani tebu yang menjadi tulang punggung industri ini.
Puncak acara adalah saat boneka pengantin diletakkan di atas mesin konveyor bersama tebu pertama musim giling. Hal ini menjadi simbolis dimulainya proses produksi dan doa bersama agar musim giling 2025 berjalan lancar dan menghasilkan produk berkualitas tinggi. Tradisi ini juga mengandung makna kekeluargaan dan kerja sama yang kuat antar berbagai pihak yang terlibat.
Tradisi Manten Tebu: Simbol Sinergi Petani dan Pabrik
General Manager PG Modjopanggung, Sugianto, menjelaskan bahwa tradisi Manten Tebu memiliki makna penting bagi hubungan antara pabrik dan petani tebu. "Tradisi ini memiliki makna kekeluargaan, layaknya manten pada umumnya yang melibatkan banyak pihak dalam prosesnya. Ini juga menjadi simbol sinergi antara petani dan pabrik," ungkap Sugianto.
Tradisi ini bukan sekadar seremonial, tetapi juga menjadi perekat hubungan sosial dan ekonomi yang kuat. Dengan melibatkan petani secara langsung, tradisi ini memperkuat rasa kebersamaan dan saling ketergantungan antara kedua pihak dalam keberhasilan musim giling.
Lebih dari itu, tradisi ini juga menjadi bukti komitmen PG Modjopanggung dalam melestarikan warisan budaya lokal. Dengan mempertahankan tradisi ini, PG Modjopanggung menunjukkan kepedulian terhadap budaya dan sejarah daerah, sekaligus memperkuat citra positif di mata masyarakat.
Target Produksi Musim Giling 2025
Untuk musim giling 2025, PG Modjopanggung menargetkan penyerapan tebu sekitar 381 ribu ton dari lahan seluas 5.372 hektare yang tersebar di empat kabupaten: Tulungagung, Trenggalek, Blitar, dan Malang. Pabrik memprediksi produktivitas sekitar 71,1 ton per hektare dengan rendemen rata-rata 7,83 persen. Target produksi gula tahun ini sebesar 29.980 ton.
Meskipun target produksi gula sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya akibat pengaruh cuaca, PG Modjopanggung tetap optimistis. Pihak pabrik berkomitmen untuk menjalankan proses giling secara efisien dan menjaga kualitas produk gula yang dihasilkan.
Penurunan target produksi ini menjadi tantangan tersendiri bagi PG Modjopanggung. Namun, dengan pengalaman dan teknologi yang dimiliki, pabrik ini berupaya untuk meminimalisir dampak negatif dari kondisi cuaca dan tetap mencapai target yang telah ditetapkan.
PG Modjopanggung: Perpaduan Tradisi dan Teknologi
PG Modjopanggung merupakan salah satu pabrik gula tertua di Jawa Timur yang masih beroperasi hingga kini. Beberapa mesin pengolahannya merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda. Namun, pabrik ini terus berinovasi dengan melakukan pemeliharaan berkala dan adaptasi teknologi untuk menjaga kualitas produksi.
Saat ini, lebih dari 98 persen pasokan tebu PG Modjopanggung berasal dari kemitraan dengan petani lokal. Hal ini menunjukkan komitmen pabrik dalam mendukung petani tebu dan membangun ekonomi lokal. Kemitraan yang kuat ini menjadi kunci keberhasilan PG Modjopanggung dalam mempertahankan operasionalnya selama bertahun-tahun.
Dengan menjaga tradisi dan kemitraan yang kuat, PG Modjopanggung berharap dapat terus memperkuat hubungan sosial dan ekonomi antara pabrik dan petani. Hal ini bukan hanya soal produksi, tetapi juga tentang keberlanjutan bersama, menjaga warisan budaya, dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Melalui pelestarian tradisi Manten Tebu, PG Modjopanggung tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memperkuat posisinya di tengah komunitas petani tebu sebagai mitra utama dalam industri gula. Tradisi ini menjadi bukti nyata sinergi dan komitmen bersama untuk kemajuan industri gula di Tulungagung dan sekitarnya.