Menelusuri Jejak Sejarah Kota Tua Jakarta di Bulan Ramadhan
Jelajahi pesona sejarah Kota Tua Jakarta melalui Free Walking Tour Ramadhan 2025, yang menawarkan tiga rute menarik untuk mengenal bangunan bersejarah, budaya Arab di Pekojan, dan kuliner Chinatown.

Pada bulan Ramadhan 14-28 Maret 2025, Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Jakarta menyelenggarakan Free Walking Tour, mengajak masyarakat dan wisatawan untuk menjelajahi sejarah dan budaya Kota Tua. Kegiatan ini menawarkan tiga rute utama: Oud Batavia en Omstreken yang berfokus pada bangunan-bangunan bersejarah, Explore Arabian Village of Pekojan yang mengeksplorasi budaya dan kuliner Arab di Pekojan, Jakarta Barat, serta The Secret of Chinatown yang menyoroti kuliner dan tempat-tempat religi di Pecinan. Setiap tur berlangsung sekitar satu hingga dua jam.
ANTARA berkesempatan mengikuti tur Oud Batavia en Omstreken pada Jumat (14/3/2025). Arief (31), pemandu tur, memulai dengan menjelaskan asal-usul nama Kota Tua, yang awalnya bernama Sunda Kelapa, kemudian berganti menjadi Jayakarta, dan akhirnya Batavia setelah dikuasai Belanda pada abad ke-17. Nama Sunda Kelapa sendiri berasal dari banyaknya penduduk Sunda dan keberadaan pohon kelapa di pelabuhan.
Perubahan nama ini mencerminkan pergeseran kekuasaan dan perkembangan kota. Dari sebuah pelabuhan kecil, Sunda Kelapa berkembang menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan yang penting di bawah kekuasaan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang berdiri pada tahun 1602 hingga kebangkrutannya pada 1799. VOC tidak hanya berperan sebagai pusat perdagangan, tetapi juga sebagai pusat pemerintahan yang membangun kota Batavia, termasuk tembok kota yang memisahkan pusat kota dari daerah sekitarnya.
Mengungkap Sejarah Bangunan-Bangunan Ikonik
Tur berlanjut dengan mengunjungi Museum Keramik dan Seni Rupa, yang dulunya merupakan kantor pengadilan Raad Van Justisie, dibangun pada abad ke-18. Bangunan ini kemudian beralih fungsi menjadi kantor logistik pada masa penjajahan Jepang sebelum akhirnya menjadi museum. Selanjutnya, peserta diajak ke Gedung Kantor Pos, bukan kantor pos pertama di Batavia, tetapi memiliki sejarah yang menarik karena dibangun pada abad ke-19 dan menunjukkan sistem pengiriman surat berdasarkan jarak.
Museum Sejarah Jakarta, balai kota pertama Batavia yang dibangun pada tahun 1627, juga menjadi bagian dari tur. Di depan kantor pemerintahan VOC, terdapat tempat eksekusi yang digunakan hingga abad ke-19. Peserta juga diperkenalkan pada legenda Meriam Si Jagur dari Portugis dan Monumen Trem, simbol sejarah transportasi di Indonesia. Arief menjelaskan, "Panggung ini digunakan untuk eksekusi hukuman mati yang sering disaksikan banyak orang, bahkan di abad ke-19."
Sepanjang tur, Arief memberikan penjelasan detail mengenai setiap bangunan dan peristiwa bersejarah yang terkait. Ia menekankan peran penting Kota Tua dalam perkembangan Jakarta dan Indonesia. "VOC bukan hanya pusat dagang, tapi juga pusat pemerintahan yang membangun kota ini," ungkap Arief.
Kali Besar: Pusat Bisnis Batavia
Tur kemudian menuju Kali Besar, yang dulunya merupakan pusat bisnis di masa pemerintahan Belanda, atau Central Business District. Banyak bank-bank luar negeri berdiri di sepanjang Kali Besar. Arief menjelaskan tentang asal-usul nama Toko Merah dan peristiwa Geger Pecinan 1740 yang terkait dengan kawasan ini.
Di atas Kali Besar, terdapat Jembatan Budaya dan Monumen Penurunan Air Tanah, yang menggambarkan permasalahan penurunan permukaan tanah di Jakarta. Tur diakhiri dengan kunjungan ke kawasan Bank Indonesia, yang dulunya rumah sakit, dan kawasan Stasiun Jakarta Kota (dahulu Stasiun BEOS atau Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij), yang melayani KRL Commuter Line Jabodetabek.
Arief menambahkan, "Jadi di sini dikenal dengan namanya Central Bussiness District. Makanya banyak bank-bank luar negeri yang berdiri di sini."
Free Walking Tour: Menjelajahi Sejarah Jakarta
Free Walking Tour bertujuan memberikan pengalaman berharga bagi peserta untuk menggali sejarah Jakarta. Meskipun banyak wisatawan asing yang berpartisipasi, wisatawan domestik juga sangat antusias, terutama untuk memahami sejarah Jakarta lebih dalam. Tur ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik, memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang peran Kota Tua dalam sejarah Jakarta dan Indonesia.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan apresiasi terhadap warisan budaya dan sejarah Jakarta, khususnya di bulan Ramadhan, menawarkan pengalaman unik yang menggabungkan wisata sejarah dengan nuansa spiritual bulan suci.