Mengapa Pendidikan Inklusif Bukan Lagi Pilihan, Melainkan Kebutuhan Mendesak? Ini Kata Akademisi Undiksha
Akademisi Undiksha Singaraja menegaskan Pendidikan Inklusif adalah kebutuhan mendesak. Guru perlu pelatihan khusus dan dukungan memadai untuk wujudkan pembelajaran efektif bagi semua.

SINGARAJA, BALI – Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Ketut Trika Adi Ana, menegaskan bahwa keberadaan sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif kini bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah kebutuhan mendesak. Pernyataan ini disampaikan sebagai respons terhadap pentingnya akses pendidikan yang setara bagi seluruh anak usia sekolah.
Trika Adi Ana menekankan bahwa setiap anak, tanpa memandang keterbatasan fisik, intelektual, sosial, atau emosional, berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar di Indonesia, yang menjamin pendidikan sebagai hak fundamental setiap warga negara. Oleh karena itu, sekolah harus berfungsi sebagai lingkungan belajar yang mengakomodasi semua kebutuhan siswa.
Wacana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk membuka peluang pelatihan bagi guru-guru dalam melaksanakan pendidikan inklusif, khususnya bagi anak berkebutuhan khusus, dinilai sebagai langkah strategis. Inisiatif ini patut didukung penuh untuk memastikan kualitas pembelajaran yang optimal bagi semua peserta didik.
Urgensi Pendidikan Inklusif untuk Semua Anak
Pelaksanaan pendidikan inklusif memiliki tingkat kompleksitas yang berbeda dibandingkan sekolah reguler yang hanya mendidik siswa mainstream. Diperlukan penyesuaian signifikan dalam kurikulum, metode pengajaran, dan lingkungan belajar. Proses ini bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang adaptif dan mendukung perkembangan setiap individu.
Trika Adi Ana menjelaskan bahwa guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus. Kemampuan ini vital untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran yang tepat bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Tanpa persiapan memadai, potensi siswa berkebutuhan khusus tidak akan tergali secara maksimal.
Pemerintah diharapkan dapat melihat pendidikan inklusif sebagai investasi jangka panjang. Investasi ini bukan hanya untuk individu, melainkan juga untuk kemajuan sosial secara keseluruhan. Dengan demikian, setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi bagi masyarakat.
Keterampilan Krusial Guru dalam Kelas Inklusif
Setidaknya ada lima pengetahuan dan keterampilan utama yang harus dimiliki guru untuk berhasil dalam mengelola kelas inklusif. Kemampuan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari identifikasi awal hingga komunikasi efektif dengan orang tua siswa. Guru perlu terus mengembangkan diri agar dapat memenuhi tuntutan pembelajaran berdiferensiasi.
Berikut adalah keterampilan yang esensial bagi guru dalam pendidikan inklusif:
Untuk mencapai kemampuan tersebut, guru wajib memiliki literasi yang baik. Literasi ini mencakup membaca hasil penelitian terkini mengenai intervensi atau treatment yang terbukti mampu mengatasi permasalahan siswa berkebutuhan khusus. Pembelajaran berkelanjutan sangat diperlukan.
Dukungan Pemerintah untuk Optimalisasi Pendidikan Inklusif
Mengingat banyaknya hal yang harus dirancang dan dikerjakan dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, pelatihan bagi guru-guru saja tidaklah cukup. Pemerintah perlu mempertimbangkan jumlah guru yang menangani proses pembelajaran inklusif di satu kelas. Beban kerja yang tinggi menuntut dukungan lebih.
Umumnya, satu kelas inklusif idealnya ditangani oleh minimal dua orang guru, terdiri dari guru utama dan asisten guru. Keberadaan asisten guru sangat dibutuhkan dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi. Mereka dapat memberikan perhatian individu yang sering dibutuhkan anak berkebutuhan khusus.
Jika hanya ditangani oleh satu orang guru, proses pembelajaran akan terhambat dan tidak optimal. Bahkan, dalam situasi khusus, di mana dalam satu kelas terdapat anak berkebutuhan khusus yang senantiasa harus didampingi, penambahan satu orang guru tambahan atau shadow teacher mungkin diperlukan. Dukungan ini krusial untuk memastikan setiap siswa mendapatkan perhatian yang memadai.