Mengenang Maestro Budaya Jateng: Umbul Donga untuk Para Budayawan
Akademisi dan seniman Semarang menggelar 'Umbul Donga', sebuah acara penghormatan dan doa untuk para budayawan Jawa Tengah yang telah berpulang, menampilkan puisi, teater, dan musikalisasi karya-karya mereka.
![Mengenang Maestro Budaya Jateng: Umbul Donga untuk Para Budayawan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/090031.079-mengenang-maestro-budaya-jateng-umbul-donga-untuk-para-budayawan-1.jpg)
Semarang, 5 Februari 2024 – Suasana haru dan penuh penghormatan menyelimuti Gedung Serba Guna, Kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, Selasa malam. Acara 'Umbul Donga' digelar untuk mengenang para budayawan Jawa Tengah yang telah meninggal dunia. Acara ini menjadi wadah bagi akademisi dan seniman untuk menyampaikan doa dan apresiasi atas kontribusi para maestro budaya tersebut.
Inisiatif 'Umbul Donga' ini bukan sekadar peringatan biasa. Acara ini menjadi momentum untuk mengingat jasa para budayawan yang telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan seni dan budaya di Jawa Tengah. Beragam penampilan mewarnai malam tersebut, mulai dari pembacaan puisi hingga pertunjukan teaterikal yang menyentuh.
Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof. Suharnomo, membuka rangkaian acara dengan mengenang Prof. Eko Budihardjo, mantan Rektor Undip yang juga dikenal sebagai budayawan yang sangat peduli dengan pelestarian seni budaya Jawa Tengah. Kesedihan kehilangan sosok penting ini terlihat jelas dalam sambutan beliau.
Penampilan selanjutnya bergantian menampilkan karya-karya para seniman. Kelana Siwi membacakan puisi untuk almarhum Djawahir Muhammad, seorang budayawan, sejarawan, dan sastrawan kenamaan. Ketua Dewan Kesenian Semarang (Dekase), Adhitia Armitrianto, juga turut membacakan puisi untuk mengenang sastrawan Soekamto Gullit.
Mulyo Hadi dan rekan-rekannya menampilkan teaterikal yang mengharukan untuk mengenang Prof. Agus Maladi Irianto, akademisi dan mantan Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip yang telah menghasilkan banyak karya untuk pengembangan seni budaya Jawa Tengah. Ilham Anwar membacakan puisi karya mendiang Agoes Dhewa, disusul Imaniar Christy yang membacakan puisi almarhum Handry TM.
Sosiawan Leak turut berpartisipasi dengan penampilannya yang mengenang almarhum Murtidjono, salah satu penggagas Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta. Penampilan apik juga ditampilkan oleh Eko Tunas yang mengapresiasi karya-karya almarhum dalang wayang suket Slamet Gundono dan budayawan Darmanto Jatman. Penampilan ditutup oleh Teater Lingkar dengan musikalisasi puisi untuk mengenang budayawan Prie GS.
Puncak acara 'Umbul Donga' ditandai dengan kehadiran budayawan KH A. Mustofa Bisri atau Gus Mus. Beliau mengajak seluruh hadirin untuk memanjatkan doa untuk para seniman dan budayawan yang telah berpulang. "Marilah kita memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, khususnya untuk saudara kita seniman dan budayawan. Kita banyak berutang rasa, baik langsung maupun tidak langsung kepada mereka," kata Gus Mus.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Saroso, memberikan apresiasi tinggi terhadap acara tersebut. Beliau menekankan bahwa 'Umbul Donga' bukan hanya sebagai bentuk penghormatan, tetapi juga sebagai momentum untuk memajukan kesenian di Kota Semarang. "Selain sebagai apresiasi dan penghargaan karya-karya para seniman dan budayawan yang telah wafat, kegiatan itu diharapkan juga menjadi momentum untuk memajukan kesenian di Kota Semarang," ujarnya.