Menhut Dukung Regenerasi Petani Kopi Garut Lewat Sekolah Lapang
Menteri Kehutanan mendorong peningkatan produktivitas kopi di Garut melalui sekolah lapangan, memberdayakan generasi muda untuk menjaga kelestarian hutan dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Menteri Kehutanan (Menhut) RI, Raja Juli Antoni, baru-baru ini mengunjungi Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kunjungan tersebut berfokus pada peninjauan pengolahan kopi agroforestri oleh Kelompok Perhutanan Sosial Mitra Paguyuban Tani Sunda Hejo di Kadungora. Tujuan utama kunjungan ini adalah untuk mendorong pengembangan produktivitas kopi melalui program sekolah lapangan yang diprakarsai oleh Paguyuban Tani Sunda Hejo, yang memanfaatkan lahan hutan secara berkelanjutan.
Dalam kunjungannya pada Sabtu lalu, Menhut menekankan pentingnya pemanfaatan sekolah lapangan sebagai wadah peningkatan kapasitas, penguatan kelembagaan, dan pengembangan kewirausahaan masyarakat. Ia melihat program ini sebagai kunci untuk menumbuhkan minat generasi muda dalam melanjutkan usaha pertanian kopi dan menjaga kelestarian hutan.
Menhut memberikan apresiasi tinggi kepada Paguyuban Tani Sunda Hejo atas upaya regenerasi petani dan pengelolaan perhutanan sosial yang berkelanjutan. Hal ini dinilai sebagai langkah penting dalam menjaga kelestarian hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani melalui hasil panen kopi yang melimpah.
Sekolah Lapang: Regenerasi Petani dan Masa Depan Kopi Indonesia
Sekolah lapangan yang diinisiasi oleh Paguyuban Tani Sunda Hejo bertujuan untuk mencetak generasi penerus petani kopi. Program ini telah berhasil menarik minat anak-anak muda untuk terlibat dalam pengelolaan perkebunan kopi dan pemeliharaan hutan. Dengan demikian, keberlanjutan usaha pertanian kopi dan pelestarian hutan dapat terjamin di masa mendatang.
Menhut berharap program sekolah lapangan ini dapat meningkatkan produktivitas kopi secara nasional. Hal ini akan berdampak positif terhadap kesejahteraan petani dan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Ia juga menekankan pentingnya peran aktif semua pihak, dari hulu hingga hilir, untuk mendukung pengembangan industri kopi Indonesia.
Lebih lanjut, Menhut optimis bahwa program ini akan membuka peluang pasar internasional yang lebih besar bagi kopi Indonesia. Kualitas kopi Indonesia yang tinggi dan proses budidaya yang berkelanjutan diharapkan mampu bersaing di pasar global.
Paguyuban Tani Sunda Hejo: Sukses Mengelola Kopi dan Hutan
Paguyuban Tani Sunda Hejo telah menunjukkan kesuksesan dalam mengelola perkebunan kopi di lahan seluas 2.800 hektare yang tersebar di 16 kecamatan Kabupaten Garut. Saat ini, terdapat 22 kelompok tani kopi yang tergabung dalam paguyuban tersebut.
Produksi kopi dari lahan tersebut cukup signifikan. Setiap hektare lahan mampu menghasilkan 5-6 ton kopi per musim panen, atau setara dengan 3,8 juta kilogram kopi basah (cherry) pada tahun 2024. Dengan harga jual Rp14.000 per kilogram, hal ini telah memberikan keuntungan yang signifikan bagi para petani.
Keberhasilan ini mendorong Paguyuban Tani Sunda Hejo untuk terus melakukan regenerasi petani melalui sekolah lapangan. Saat ini, sekolah lapangan tersebut telah menyelenggarakan tiga angkatan, masing-masing dengan jumlah peserta 30-40 orang yang berusia antara 16 hingga 20 tahun.
Program ini tidak hanya mengajarkan teknik budidaya kopi, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya pelestarian hutan. Dengan demikian, generasi muda diharapkan mampu melanjutkan usaha pertanian kopi secara berkelanjutan dan menjaga kelestarian lingkungan.
Kesimpulan: Pengembangan kopi di Garut melalui sekolah lapangan merupakan langkah strategis dalam meningkatkan produktivitas, kesejahteraan petani, dan pelestarian hutan. Dukungan dari pemerintah dan peran aktif generasi muda menjadi kunci keberhasilan program ini dalam jangka panjang. Program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam pengembangan pertanian berkelanjutan.