Mensos Dorong Efisiensi Anggaran Pemda: Ibarat Puasa, Sehatkan Birokrasi!
Menteri Sosial Saifullah Yusuf mendorong efisiensi anggaran di pemerintah daerah, diibaratkan sebagai 'puasa' yang menyehatkan birokrasi dan mengoptimalkan program pro-rakyat.

Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf baru-baru ini memberikan arahan penting kepada Kepala Dinas Sosial se-Jawa Timur dan anggota DPRD Sulawesi Tenggara. Arahan tersebut berfokus pada pentingnya efisiensi anggaran di seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Pengarahan ini disampaikan di Jakarta pada Rabu, 19 Februari 2024.
Mensos menekankan bahwa efisiensi anggaran bukan sekadar penghematan, melainkan langkah krusial untuk menciptakan birokrasi yang lebih sehat dan efektif. Beliau menggunakan analogi puasa untuk menjelaskan manfaat efisiensi ini. "Bapak-ibu pernah dengar manfaat puasa yang bisa membunuh sel kanker? Bahwa puasa itu menyehatkan badan kita? Begitu juga terkait efisiensi anggaran ini yang bisa menghapus lemak-lemak birokrasi," ujar Mensos.
Langkah efisiensi ini bertujuan untuk mengoptimalkan anggaran, khususnya belanja barang dan belanja modal. Dana yang dihemat akan dialihkan untuk program-program yang berdampak langsung bagi masyarakat. Mensos menegaskan bahwa efisiensi ini tidak akan mengurangi anggaran program-program pro-rakyat, seperti pendidikan dan bantuan sosial (bansos). Bahkan, Presiden Jokowi menyatakan kesiapan untuk menambah anggaran bansos jika diperlukan.
Efisiensi: Prioritas untuk Kesejahteraan Rakyat
Mensos menjelaskan bahwa prinsip utama efisiensi adalah untuk memprioritaskan kepentingan masyarakat luas. Program-program yang pro-rakyat, seperti pendidikan dan bansos, justru akan tetap terjaga bahkan mungkin ditingkatkan. Efisiensi, menurut Mensos, bukan pengurangan anggaran untuk rakyat, melainkan pengoptimalannya.
Kemensos sendiri telah memberikan contoh nyata dengan melakukan penghematan dalam operasional sehari-hari. "Kami saja baru setengah bulan menjalankan efisiensi bisa menghemat Rp300 juta dari anggaran untuk kebutuhan listrik di kantor," ungkap Mensos.
Lebih lanjut, Mensos menekankan pentingnya kesadaran baru di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) terkait efisiensi. Kesadaran ini akan mencegah efisiensi dianggap sebagai penghambat kinerja. Sebaliknya, dengan kesadaran yang tinggi, efisiensi justru akan meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.
Membangun Kesadaran Baru ASN
Mensos menggambarkan pentingnya efisiensi dengan analogi pengeluaran pribadi. Ketika menggunakan uang pribadi, setiap orang cenderung lebih efisien dan hemat. Hal yang sama perlu diterapkan dalam pengelolaan anggaran negara.
Mensos juga mendorong kreativitas dan inovasi agar target kinerja tetap tercapai meskipun efisiensi diterapkan. "Banyak cara di tengah-tengah efisiensi itu, tetap semangat. Efisiensi ini jangan sampai menurunkan kinerja kita. Diperlukan kreativitas dan inovasi agar target-target kita tetap tercapai," pesannya.
Inisiatif Mensos ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran negara demi kesejahteraan rakyat. Efisiensi anggaran bukan hanya soal penghematan, tetapi juga tentang tata kelola pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab.
Dengan demikian, efisiensi anggaran diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.