Minat Pupuk Organik Subsidi di Tulungagung Rendah, Petani Lebih Pilih Buatan Sendiri
Pemerintah Kabupaten Tulungagung melaporkan minat petani terhadap pupuk organik subsidi rendah karena petani lebih memilih pupuk organik buatan sendiri yang dinilai lebih berkualitas dan efektif.
Petani di Tulungagung, Jawa Timur, lebih memilih menggunakan pupuk organik buatan sendiri daripada memanfaatkan pupuk organik bersubsidi yang disediakan pemerintah. Hal ini terungkap dari rendahnya serapan pupuk organik subsidi, meskipun pemerintah telah menambah kuota untuk tahun 2025. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, Suyanto, menjelaskan fenomena ini dalam keterangannya pada Jumat, 31 Januari 2025.
Pupuk Organik Buatan Sendiri Lebih Diminati
Suyanto mengungkapkan bahwa dari kuota pupuk organik bersubsidi sebanyak 2.344 ton yang diajukan, hanya 727 ton yang dialokasikan. Ironisnya, serapannya tetap rendah. "Petani lebih gemar menggunakan pupuk buatan kelompoknya," ujar Suyanto. Alasannya sederhana: petani menilai pupuk organik buatan mereka sendiri lebih berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan lahan mereka.
Kualitas dan Efektivitas Pupuk Organik Lokal
Banyak kelompok tani di Tulungagung telah berhasil memproduksi pupuk organik secara mandiri. Pupuk ini dianggap lebih efektif dalam meningkatkan kesuburan tanah dibandingkan pupuk bersubsidi. "Petani merasa pupuk organik yang mereka buat sendiri lebih baik kualitasnya. Karena itu, meskipun ada pupuk bersubsidi, mereka tidak tertarik," jelas Suyanto. Rendahnya serapan pupuk subsidi ini terlihat jelas dari data tahun 2024, di mana hanya sekitar 30 persen dari alokasi 525 ton pupuk organik bersubsidi yang terserap.
Kebijakan Subsidi Pupuk Tetap Berjalan
Meskipun minat terhadap pupuk organik subsidi rendah, pemerintah tetap berkomitmen menyediakannya sebagai bagian dari upaya mendukung pertanian ramah lingkungan. Suyanto menekankan bahwa pihaknya terus mendorong penggunaan pupuk organik untuk menjaga keseimbangan ekosistem tanah. Selain pupuk organik, pemerintah juga menyediakan pupuk subsidi jenis urea dan NPK. Untuk tahun 2025, alokasi urea mencapai 26.069 ton (dari usulan 31.100 ton), sedangkan pupuk NPK sebanyak 21.138 ton (dari usulan 36.603 ton).
Optimisme Terhadap Ketersediaan Pupuk Subsidi
Suyanto optimis bahwa alokasi pupuk subsidi yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan petani, meskipun ada penurunan alokasi pupuk urea. "Jika nantinya kurang, kami akan mengajukan tambahan," tambahnya. Ia berharap dengan ketersediaan berbagai jenis pupuk subsidi, petani dapat mempertahankan produktivitas pertanian mereka, baik dengan pupuk organik buatan sendiri maupun pupuk subsidi yang disediakan pemerintah.
Kesimpulannya, meskipun pemerintah menyediakan pupuk organik bersubsidi, minat petani di Tulungagung tetap rendah karena preferensi terhadap pupuk organik buatan sendiri yang dianggap lebih efektif dan berkualitas. Pemerintah tetap berkomitmen menyediakan pupuk subsidi untuk mendukung pertanian berkelanjutan.