Momen Kemerdekaan: PGN Berhasil Stabilisasi Pasokan Gas di Jawa Barat dan Sumatera, Atasi Kelangkaan Energi Vital
PT PGN berhasil melakukan Stabilisasi Pasokan Gas PGN di Jawa Barat dan Sumatera. Simak bagaimana sinergi lintas instansi ini menjaga keberlangsungan industri nasional.

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) baru-baru ini berhasil menstabilkan pasokan gas di wilayah Jawa Barat dan sebagian Sumatera. Upaya ini dilakukan untuk mengatasi isu kelangkaan atau penurunan pasokan yang sempat mengkhawatirkan banyak pihak, terutama sektor industri yang sangat bergantung pada energi ini.
Langkah strategis PGN ini mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), serta PT Pertamina (Persero). Sinergi antarlembaga ini menjadi kunci utama dalam menjaga keberlangsungan layanan gas kepada pelanggan industri dan rumah tangga.
Stabilisasi pasokan gas PGN ini krusial mengingat pentingnya gas bumi sebagai energi vital bagi sektor industri dan perekonomian nasional secara keseluruhan. Kondisi yang stabil ini diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan pelaku usaha terhadap ketersediaan energi yang stabil dan berkelanjutan di masa mendatang.
Sinergi Lintas Sektor untuk Pasokan Gas Berkelanjutan
Corporate Secretary PGN, Fajriyah Usman, menjelaskan bahwa tekanan gas dalam infrastruktur pipa PGN kini berangsur stabil. Hal ini terjadi setelah diperolehnya tambahan gas yang berhasil mengisi stok dalam jaringan pipa distribusi, memastikan aliran yang lebih lancar.
Fajriyah menambahkan, kepastian tambahan pasokan gas lainnya juga telah dikonfirmasi dan akan segera dimanfaatkan secara optimal. Penambahan pasokan ini bertujuan untuk meningkatkan keandalan operasional dan menjaga kestabilan penyaluran gas kepada seluruh pelanggan PGN di berbagai sektor.
PGN secara konsisten berupaya memastikan ketersediaan pasokan gas bumi demi mendukung kelangsungan operasional pelanggan. Terutama, sektor industri yang memiliki efek berganda signifikan terhadap perekonomian nasional menjadi prioritas utama dalam penyaluran gas ini, demi menjaga produktivitas.
Selain mengupayakan ketersediaan pasokan, PGN juga mengingatkan pentingnya pengendalian pemakaian gas oleh pelanggan agar efisiensi terjaga. PGN mengapresiasi dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait, serta terus berkoordinasi aktif mencari solusi terbaik untuk pasokan gas berkelanjutan di masa depan.
Dampak Kelangkaan Gas terhadap Industri Manufaktur
Sebelumnya, beredar kabar mengenai darurat penurunan pasokan gas yang disalurkan PGN di Jawa Barat dan Sumatera. Kabar ini menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pelaku industri yang sangat bergantung pada pasokan energi ini untuk proses produksi mereka.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, pada Jumat (15/8) menyatakan bahwa pengetatan pasokan gas dalam program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) akan berdampak luas. Kondisi ini berpotensi mengancam keberlangsungan industri manufaktur di Indonesia, memicu penurunan kapasitas produksi.
Gangguan suplai dan tingginya surcharge gas, seperti tarif sebesar 16,77 dolar Amerika Serikat (AS) per MMBTU, sangat memberatkan pelaku usaha. Sektor-sektor padat energi seperti industri keramik, kaca, baja, pupuk, petrokimia, dan oleokimia menjadi yang paling terdampak, menghadapi kenaikan biaya operasional yang signifikan.
Data Kemenperin menunjukkan, beberapa sektor industri mulai mengalami penurunan utilisasi akibat kendala pasokan gas. Contohnya, industri keramik nasional pada semester I-2025 hanya mencapai sekitar 70-71 persen utilisasi, meskipun ada perbaikan dari tahun sebelumnya. Jika pasokan gas terus terganggu, capaian ini bisa tergerus, terutama bagi industri pupuk yang vital untuk program swasembada pangan Presiden Prabowo.