NTT Bidik Swasembada Pangan: Mentan Targetkan 3 Tahun
Mentri Pertanian optimistis Nusa Tenggara Timur (NTT) akan menjadi lumbung pangan di Indonesia bagian timur dalam tiga tahun, memanfaatkan potensi lahan yang besar dan mengurangi ketergantungan pada daerah lain.

Mentri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman baru-baru ini menyatakan komitmennya untuk menjadikan Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai lumbung pangan di Indonesia bagian timur. Targetnya? Swasembada pangan dalam waktu maksimal tiga tahun. Pernyataan ini disampaikan di Kupang, saat meninjau Bendungan Raknamo pada Sabtu, 25 Januari lalu.
Dengan luas lahan potensial mencapai 300 ribu hektare, NTT diyakini memiliki kemampuan untuk menjadi penyangga ketahanan pangan nasional. Mentan Amran menjelaskan, "Potensinya luar biasa. Jika 200 ribu hektare saja kita tanami dua kali setahun, produksi bisa mencapai 2 juta ton beras. Padahal kebutuhan NTT hanya 1,3 juta ton. Artinya, kita surplus 700 ribu ton."
Keberhasilan program ini akan mengurangi ketergantungan NTT pada daerah lain seperti Sulawesi Selatan dan Jawa Timur untuk pasokan beras. Pengurangan ketergantungan ini akan menekan biaya logistik, sehingga harga beras dapat ditekan dan inflasi dapat dikendalikan. Mentan menegaskan, "Kalau swasembada, inflasi terkendali, harga pangan rendah, dan masyarakat lebih sejahtera. Selama ini, biaya angkut dari luar daerah ditanggung rakyat, makanya harga mahal."
Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Pertanian berkomitmen memberikan dukungan penuh. Bantuan yang diberikan meliputi irigasi, pupuk, alat dan mesin pertanian (alsintan), dan pendampingan intensif. Amran menambahkan, "Kami targetkan jangan lewat tiga tahun. Kami bantu semua yang dibutuhkan, termasuk biaya optimalisasi lahan."
Selain meningkatkan ketahanan pangan, program ini juga diharapkan dapat mengurangi angka kemiskinan di NTT yang saat ini mencapai 20 persen. Mentan Amran melihat sektor pertanian sebagai kunci untuk memberdayakan masyarakat NTT. Ia optimis, "Sektor pertanian adalah kunci untuk mengurangi kemiskinan di NTT. Jika ini berhasil, rakyat akan lebih sejahtera."
Pj Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto, menyambut baik dukungan pemerintah pusat. Ia menjelaskan bahwa dari 300 ribu hektare lahan potensial, 177 ribu hektare telah digarap dengan indeks pertanaman (IP) 1 hingga 1,5. Artinya, masih ada potensi pengembangan lahan seluas 123 ribu hektare yang dapat dioptimalkan.
Andriko menyatakan rasa terima kasih atas bantuan yang telah diberikan, termasuk alsintan, pompa, benih, pupuk, pembangunan bendungan, dan embung. Ia yakin, "Dengan dukungan ini, kami yakin NTT bisa berkontribusi pada swasembada pangan nasional." Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan NTT sebagai lumbung pangan Indonesia Timur dan memperkuat kedaulatan pangan nasional.
Program swasembada pangan di NTT ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan nasional. Dengan dukungan dan kerjasama yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah, target swasembada pangan dalam tiga tahun mendatang diharapkan dapat tercapai.