Pakar Siber: Kesalahan Kurs Google Menyesatkan Publik
Pakar keamanan siber Pratama Persadha mengkritik Google karena menampilkan kurs dolar AS yang tidak akurat dan menyesatkan publik, khususnya di media sosial, menimbulkan potensi ketidakstabilan ekonomi.

Kesalahan tampilan nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah Indonesia (IDR) di Google menjadi sorotan. Pakar keamanan siber, Pratama Persadha, menyebut durasi kesalahan tersebut cukup lama dan berpotensi menyesatkan publik, bahkan tergolong sebagai penyebaran hoaks.
Peristiwa ini terjadi pada Sabtu, 1 Februari 2024. Google menampilkan kurs 1 USD setara Rp8.170,65, jauh berbeda dari kurs riil yang berlaku. Angka ini memicu perbincangan di media sosial, dengan sebagian warganet salah mengartikan informasi tersebut.
Menurut Dr. Pratama Persadha, Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, lambatnya Google dalam memperbaiki kesalahan informasi finansial ini mengkhawatirkan. Kepercayaan publik terhadap akurasi data Google menjadi taruhannya. "Jika Google, perusahaan teknologi besar, tidak cepat memperbaiki kesalahan informasi finansial, kepercayaan publik terhadap akurasi data yang mereka sediakan akan dipertanyakan," tegas Pratama.
Beberapa warganet salah memahami informasi yang ditampilkan Google. Mereka mengira kode waktu '01 Feb, 09.17 UTC' menunjukkan data kurs berasal dari tahun 2009. Padahal, '09' merujuk pada pukul 09.17 waktu UTC, atau sekitar pukul 16.17 WIB, waktu Google memperbarui data kurs.
Perbedaan data kurs ini cukup signifikan. Google menampilkan 1 USD = Rp8.170,65, sementara situs xe.com menunjukkan kurs 1 USD = Rp16.304,69 pada pukul 20.49 WIB. CISSReC telah melakukan pengecekan dengan membandingkan data kurs mata uang lain di Google dan xe.com. Hasilnya, hampir semua kurs sesuai, kecuali untuk pasangan USD/IDR.
Informasi yang salah mengenai kurs mata uang ini dapat berdampak pada berbagai sektor. Dalam era digital, penyebaran informasi yang tidak akurat dapat menimbulkan ketidakstabilan, terutama di sektor ekonomi dan finansial. Kepercayaan publik terhadap informasi online perlu dijaga agar stabilitas ekonomi tetap terkendali.
Kesimpulannya, kesalahan Google dalam menampilkan kurs USD/IDR menjadi contoh nyata betapa pentingnya akurasi informasi, terutama di bidang keuangan, dalam era digital. Kecepatan respon dan mekanisme perbaikan yang efektif dibutuhkan untuk mencegah penyebaran informasi yang menyesatkan publik. Peristiwa ini juga menyoroti perlunya kewaspadaan publik terhadap informasi yang diperoleh dari sumber daring dan pentingnya verifikasi informasi dari sumber resmi.