Papua Barat Perluas Layanan Tes HIV dan Pengobatan ARV ke Tujuh Kabupaten
Dinas Kesehatan Papua Barat perluas akses pemeriksaan HIV dan pengobatan ARV di tujuh kabupaten untuk menekan angka kasus HIV yang mengkhawatirkan, terutama pada usia produktif.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua Barat telah membuka layanan pemeriksaan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan pengobatan antiretroviral (ARV) di tujuh kabupaten. Langkah ini diambil untuk mengatasi permasalahan HIV yang semakin mengkhawatirkan di wilayah tersebut. Kepala Dinkes Papua Barat, Alwan Rimosan, menyatakan bahwa penanganan masalah HIV membutuhkan kolaborasi antara pemerintah daerah, komunitas, dan lembaga masyarakat. Layanan ini kini dapat diakses melalui fasilitas kesehatan di setiap kabupaten, menandai peningkatan aksesibilitas bagi masyarakat yang membutuhkan.
Berdasarkan data Dinkes Papua Barat, sejak tahun 2013 hingga April 2025, sekitar 214 ribu orang telah mengikuti pemeriksaan HIV. Dari jumlah tersebut, hampir 6 ribu orang dinyatakan positif HIV. Namun, yang mengkhawatirkan adalah rendahnya angka pasien yang rutin mengonsumsi obat ARV. Hanya sekitar 1.400 orang yang secara rutin mengonsumsi obat ARV untuk menghambat perkembangan virus dalam tubuh, sementara sebagian besar pasien lainnya berhenti menjalani pengobatan karena berbagai alasan.
Situasi ini menggambarkan fenomena gunung es, di mana masih banyak kasus HIV yang belum terdeteksi atau belum ditangani secara medis. Hal ini menjadi perhatian serius bagi Dinkes Papua Barat, karena angka penularan HIV terus meningkat dan tidak hanya terbatas pada kelompok berisiko tinggi seperti pengguna narkoba dan pekerja seks komersial (PSK), tetapi juga telah menyebar ke kelompok usia produktif, khususnya usia 20-29 tahun.
Perluasan Akses Layanan Kesehatan HIV/AIDS di Papua Barat
Pembukaan layanan pemeriksaan HIV dan pengobatan ARV di tujuh kabupaten merupakan langkah signifikan dalam upaya meningkatkan akses layanan kesehatan bagi masyarakat Papua Barat. Hal ini diharapkan dapat mempermudah masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan yang tepat waktu. Dengan tersedianya layanan di berbagai kabupaten, diharapkan lebih banyak kasus HIV dapat terdeteksi dan ditangani secara dini, sehingga dapat mencegah penyebaran lebih lanjut.
Selain itu, perluasan akses layanan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan ARV. Dengan kemudahan akses, diharapkan lebih banyak pasien yang dapat rutin mengonsumsi obat ARV dan mencegah perkembangan virus HIV dalam tubuh mereka. Program ini juga menargetkan untuk mengurangi angka kematian akibat HIV/AIDS di Papua Barat.
Dinkes Papua Barat juga menyadari pentingnya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pencegahan HIV/AIDS. Sosialisasi ini tidak hanya ditujukan kepada kelompok berisiko tinggi, tetapi juga kepada masyarakat umum agar meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS serta cara pencegahannya.
Upaya Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Alwan Rimosan menjelaskan bahwa penularan HIV di Papua Barat sebagian besar disebabkan oleh hubungan seksual yang tidak aman dan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Penularan dari ibu hamil positif HIV ke bayi (PMTCT) juga menjadi perhatian serius. Oleh karena itu, upaya pencegahan penularan HIV/AIDS meliputi edukasi dan sosialisasi, skrining, distribusi alat kontrasepsi, dan peningkatan kerja sama lintas sektor.
Sosialisasi dan edukasi dilakukan melalui berbagai jalur, termasuk sekolah, komunitas lokal, lembaga adat, dan lembaga agama. Upaya ini juga bertujuan untuk menghapus stigma negatif terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Dengan menghapus stigma, diharapkan ODHA dapat lebih terbuka untuk memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan tanpa rasa takut atau malu.
Kerja sama lintas sektor sangat penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama, yaitu menciptakan Papua Barat yang lebih sehat, bebas stigma, dan terbebas dari penularan HIV/AIDS.
"Kita semua bisa ambil bagian menciptakan Papua Barat yang lebih sehat, bebas stigma, dan melawan penularan HIV/AIDS," kata Alwan Rimosan.
Strategi Pencegahan HIV/AIDS di Papua Barat:
- Edukasi dan Sosialisasi kepada masyarakat luas
- Skrining dan Deteksi Dini HIV
- Distribusi Alat Kontrasepsi
- Peningkatan Kerja Sama Lintas Sektor
- Penghapusan Stigma Terhadap ODHA
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan angka penularan HIV di Papua Barat dapat ditekan dan kualitas hidup ODHA dapat ditingkatkan.