Parade Seribu Ketupat Kudus: Tradisi Syawalan Penuh Makna dan Harapan Rekor MURI
Ribuan ketupat diarak dalam Parade Seribu Ketupat di Kudus, Jawa Tengah, sebagai tradisi Syawalan yang unik dan berpotensi memecahkan rekor MURI.

Kudus, 7 April 2024 - Perayaan Syawalan di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tahun ini diwarnai dengan sebuah tradisi unik dan penuh makna: Parade Seribu Ketupat. Tradisi ini melibatkan arak-arakan 23 gunungan berisi sekitar seribu ketupat dan ratusan lepat, makanan khas dari ketan. Arak-arakan dimulai pukul 07.00 WIB dari rumah kepala desa menuju Masjid Sunan Muria.
Setelah berziarah ke Makam Sunan Muria, warga melakukan ritual minum air dan mencuci kaki serta tangan dengan air dari gentong peninggalan Sunan Muria. Acara dilanjutkan dengan penyerahan Kupat Gunung dari Ketua Yayasan Makam Sunan Muria kepada rombongan. Ratusan warga yang mengikuti arak-arakan membacakan tahlil dan doa bersama, kemudian melanjutkan kirab ketupat dari masjid menuju Taman Ria Colo, berjarak sekitar satu kilometer dari makam. Tradisi ini bukan hanya sekadar perayaan, melainkan juga bentuk rasa syukur dan pelestarian budaya.
Bupati Kudus, Sam'ani Intakoris, mengapresiasi penyelenggaraan Parade Seribu Ketupat Muria yang telah berlangsung setiap tahun. Beliau bahkan mengungkapkan rencana untuk mendaftarkan tradisi ini ke Rekor MURI pada tahun mendatang. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya tradisi ini bagi Kabupaten Kudus, baik dari segi pelestarian budaya maupun sebagai daya tarik wisata.
Parade Sewu Kupat: Atraksi Wisata dan Pelestarian Budaya
Parade Sewu Kupat Muria bukan hanya sekadar tradisi lokal, tetapi juga menjadi atraksi wisata yang potensial bagi Kabupaten Kudus. Menurut Bupati Sam'ani, kegiatan ini menarik perhatian wisatawan dan sekaligus melestarikan tradisi dan budaya Kudus. Hal senada disampaikan oleh Anggota DPR RI, Musthofa, yang merupakan penggagas Sewu Kupat sejak tahun 2007. Beliau mengapresiasi kekompakan berbagai pihak dalam melestarikan tradisi ini.
Musthofa menambahkan bahwa Parade Sewu Kupat Muria selaras dengan citra Kabupaten Kudus sebagai kota religius. Acara ini menjadi ajang silaturahmi berbagai elemen masyarakat dan membentuk karakter yang baik. Ia berharap tradisi ini dapat terus berlanjut sebagai bentuk permohonan berkah.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, Mutrikah, mengungkapkan rencana untuk merealisasikan pendaftaran Parade Sewu Kupat Muria ke Rekor MURI pada tahun 2026. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari rencana Bupati dan Wakil Bupati Kudus. Pihaknya akan menyusun konsep dan berkoordinasi dengan masyarakat serta pemangku kepentingan untuk mewujudkan hal tersebut.
Potensi Rekor MURI dan Daya Tarik Wisata
Mutrikah menambahkan bahwa keunikan Parade Sewu Kupat Muria memiliki daya tarik tersendiri. Untuk pencatatan rekor MURI, berbagai opsi sedang dipertimbangkan. Salah satu opsi yang dikaji adalah penataan gunungan ketupat dan hasil bumi secara rapi di sepanjang jalan menuju Makam Sunan Muria.
Pemandangan lereng Gunung Muria yang indah akan semakin mempercantik prosesi Parade Sewu Kupat Muria. Kombinasi antara tradisi unik, keindahan alam Gunung Muria, dan jalan berkelok yang khas akan menciptakan daya tarik wisata yang unik dan tidak ditemukan di daerah lain. Hal ini diharapkan akan semakin meningkatkan popularitas Kudus sebagai destinasi wisata religi dan budaya.
Parade Seribu Ketupat Muria di Kudus bukan hanya sekadar perayaan Syawalan, tetapi juga sebuah wujud pelestarian budaya dan potensi wisata yang luar biasa. Dengan rencana pencatatan rekor MURI, tradisi ini diharapkan akan semakin dikenal luas dan menjadi kebanggaan masyarakat Kudus.