Pelabuhan Kijing: Tiga Perusahaan CPO Bangun Pabrik, Dorong Ekspor Kalimantan Barat
Tiga perusahaan CPO membangun pabrik di Pelabuhan Kijing, Kalimantan Barat, meningkatkan potensi ekspor dan mendukung program hilirisasi pemerintah, dengan proyeksi peningkatan signifikan arus curah cair.

Pontianak, 30 Januari 2024 - Pelabuhan Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, bersiap menjadi pusat kegiatan ekspor CPO (Crude Palm Oil) seiring pembangunan pabrik pengolahan oleh tiga perusahaan besar. Manajer Komersial PT Pelindo 2 Pontianak, Ervin Bayu Sanjaya, mengungkapkan kabar baik ini. Kenaikan signifikan dalam arus komoditas curah cair pun diprediksi akan terjadi.
Saat ini, baru Energi Unggul Persada yang memanfaatkan Pelabuhan Kijing untuk ekspor, meski lokasinya berada di luar kawasan pelabuhan. Namun, tiga perusahaan lainnya tengah membangun fasilitas mereka di dalam kawasan Pelabuhan Kijing. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap potensi pelabuhan ini sebagai pintu gerbang ekspor produk hilir sawit.
PT Pacific Bio Industry (PBI) dan PT Khatulistiwa Raya Cakrawala menjadi dua perusahaan yang pembangunan pabriknya paling dekat rampung. PBI diperkirakan mulai beroperasi pertengahan 2025 dengan kapasitas produksi 550.000 ton CPO per tahun, sementara PT Khatulistiwa Raya Cakrawala ditargetkan beroperasi pada kuartal keempat 2025 dengan kapasitas 1 juta ton per tahun. Kedua perusahaan ini akan berkontribusi besar terhadap peningkatan arus curah cair di Terminal Kijing.
Selain kedua perusahaan tersebut, PT Riya Pasific Nabati juga tengah dalam proses perizinan dan pembersihan lahan untuk membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit. Kehadiran ketiga perusahaan ini diprediksi akan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dan nasional, sejalan dengan program hilirisasi pemerintah.
Data menunjukan peningkatan arus komoditas curah cair melalui Terminal Kijing pada tahun 2024. Tercatat kenaikan 12 persen dibanding tahun 2023, dari 1,6 juta ton menjadi 1,8 juta ton. Namun, angka tersebut masih berasal dari kegiatan ekspor Energi Unggul Persada. Dengan beroperasinya pabrik-pabrik baru, peningkatan yang lebih signifikan diharapkan dapat tercapai.
Sejak diresmikan pada tahun 2020, Pelabuhan Kijing telah mengekspor berbagai produk turunan sawit ke berbagai negara, termasuk Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Myanmar, India, Bangladesh, Pakistan, China, dan Korea Selatan. Komoditas ekspor yang beragam, mulai dari RBD Palm Olein hingga Fatty Acid Methyl Ester, menunjukkan diversifikasi produk yang dihasilkan.
Pelabuhan Kijing juga aktif dalam kegiatan impor. Berbagai komoditas seperti pupuk, methanol, beras, barang proyek, dan liquid caustic soda diimpor melalui pelabuhan ini, terutama dari Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, India, dan China. Hal ini menunjukkan peran penting Pelabuhan Kijing sebagai pusat perdagangan di Kalimantan Barat.
Kesimpulannya, pembangunan pabrik CPO di Pelabuhan Kijing menandai babak baru bagi pengembangan ekonomi Kalimantan Barat. Peningkatan ekspor dan kontribusi terhadap program hilirisasi pemerintah menjadi dampak positif yang diharapkan dari investasi ini. Ke depan, Pelabuhan Kijing berpotensi menjadi pusat utama pengolahan dan ekspor CPO di Indonesia.