DJBC Dorong Ekspor CPO Langsung dari Pelabuhan Aceh: Potensi Hemat Rp372 Miliar Per Tahun
Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Aceh mendorong ekspor CPO langsung dari pelabuhan Aceh untuk menekan biaya angkut hingga Rp372 miliar per tahun dan meningkatkan perekonomian daerah.

Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Aceh tengah gencar mendorong para pengusaha di Aceh untuk mengekspor minyak sawit mentah atau CPO langsung dari pelabuhan di Aceh. Hal ini diungkapkan Kepala Kantor Wilayah DJBC Aceh, Safuadi, di Banda Aceh pada Jumat, 25 April. Selama ini, sebagian besar CPO Aceh justru diekspor melalui pelabuhan di Sumatera Utara, sebuah praktik yang dinilai tidak efisien dan merugikan perekonomian Aceh.
Safuadi menjelaskan bahwa ekspor melalui pelabuhan di provinsi lain mengakibatkan ongkos angkut yang membengkak. "Ekspor melalui pelabuhan di provinsi lain tentu membutuhkan ongkos angkut yang lebih besar. Jika diekspor melalui pelabuhan di Aceh, ongkos angkut tersebut bisa ditekan serta meningkatkan penerimaan bea keluar untuk Aceh," jelas Safuadi.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, produksi CPO Aceh pada tahun 2024 mencapai satu juta ton, berkontribusi 2,41 persen terhadap total produksi CPO nasional. Dengan luas perkebunan sawit mencapai 470 ribu hektare dan 63 pabrik kelapa sawit aktif, sawit menjadi tulang punggung ekspor Aceh. Namun, ironisnya, hanya 70 ribu ton CPO (7 persen) yang diekspor melalui pelabuhan Aceh, sementara sisanya, 930 ribu ton, diekspor melalui Sumatera Utara.
Potensi Penghematan dan Peningkatan Ekonomi
Pengiriman 930 ribu ton CPO ke pelabuhan di Sumatera Utara menggunakan truk tangki menghabiskan biaya yang sangat signifikan. Perhitungan Safuadi menunjukkan total biaya angkut mencapai Rp372 miliar per tahun. Angka ini didapat dari perhitungan 930 ribu ton CPO dibagi kapasitas rata-rata truk tangki 35 ton, menghasilkan 26.571 perjalanan atau sekitar 742 truk per hari. Dengan ongkos angkut Rp400 ribu per ton, maka total biaya mencapai Rp372 miliar per tahun.
Ekspor langsung dari pelabuhan Aceh berpotensi menekan biaya tersebut secara signifikan. "Apabila CPO tersebut langsung diekspor dari pelabuhan di Aceh, maka ongkos angkut tersebut dapat ditekan. Selain itu, dapat meningkatkan umur badan jalan, sehingga biaya perawatan jalan raya dapat ditekan," tambah Safuadi.
Lebih lanjut, Safuadi menyebutkan bahwa langkah ini juga akan berdampak positif terhadap perekonomian Aceh. Dengan meningkatnya aktivitas ekspor di pelabuhan lokal, akan tercipta lapangan kerja baru dan mengurangi angka pengangguran. "Ekspor dari pelabuhan di Aceh juga, maka akan menampung tenaga kerja daerah, sehingga masyarakat Aceh usia produktif tidak lagi merantau keluar daerah maupun keluar negeri mencari pekerjaan," ujarnya.
Pelabuhan yang Direkomendasikan
Beberapa pelabuhan di Aceh dinilai potensial untuk mendukung ekspor CPO, antara lain Pelabuhan Krueng Geukueh dan Pelabuhan Calang. Pengembangan infrastruktur dan fasilitas pendukung di pelabuhan-pelabuhan tersebut menjadi kunci keberhasilan program ini. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan para pemangku kepentingan, diharapkan ekspor CPO langsung dari Aceh dapat segera terealisasi dan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah.
Langkah strategis DJBC Aceh ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Aceh, mengurangi beban biaya logistik, dan membuka peluang kerja bagi masyarakat lokal. Pemanfaatan potensi sumber daya alam lokal secara optimal akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh dan memperkuat posisi Aceh dalam industri CPO nasional.