Pemindahan Insinerator Terkendala Sampah, DLH Mataram Cari Solusi Jangka Pendek dan Panjang
Rencana pemindahan insinerator RS Ruslan Mataram ke TPS Sandubaya terhambat penumpukan sampah, memaksa DLH Mataram mencari solusi jangka pendek dan panjang untuk mengatasi masalah sampah.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menghadapi kendala dalam rencana pemindahan insinerator dari Rumah Sakit Ruslan Mataram ke Tempat Penampungan Sampah (TPS) Sandubaya. Penumpukan sampah yang signifikan di TPS Sandubaya menjadi penyebab utama terhambatnya proses pemindahan tersebut. Kepala DLH Kota Mataram, Nizar Denny Cahyadi, menjelaskan bahwa lokasi yang direncanakan untuk insinerator saat ini masih tertutup oleh tumpukan sampah yang mencapai lebih dari 1.000 ton.
Meskipun insinerator berkapasitas 300-500 kilogram per jam dan diharapkan dapat mengurangi volume sampah di TPS Sandubaya, kondisi lapangan saat ini belum memungkinkan pemindahan. Penggunaan insinerator sendiri telah mendapat izin dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), menjamin baku mutu asap yang dihasilkan sesuai standar.
Pemindahan insinerator ini menjadi solusi jangka pendek untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Mataram, terutama setelah penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok di Lombok Barat. Namun, DLH Mataram juga tengah menyiapkan solusi jangka panjang berupa program pilah sampah dari rumah yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA, hanya menyisakan sampah yang tak bisa diolah lagi.
Penumpukan Sampah di TPS Sandubaya
Penumpukan sampah di TPS Sandubaya diakibatkan oleh kebijakan pembatasan pembuangan sampah ke TPA Kebon Kongok. Kota Mataram kini hanya diperbolehkan membuang satu ritase sampah (50 dump truck) per hari, sementara sebelumnya mencapai tiga ritase. Akibatnya, dua ritase sampah (100 dump truck) per hari harus ditampung di TPS Sandubaya, menyebabkan penumpukan yang signifikan. "Hal itulah yang memicu terjadinya penumpukan sampah di TPS Sandubaya," ungkap Denny Cahyadi.
Sebagai solusi sementara, DLH Mataram tengah berupaya menyewa lahan seluas 6.000 meter persegi di Lombok Barat untuk dijadikan tempat pembuangan sampah sementara. Lahan ini diharapkan mampu menampung sampah selama 5-6 bulan ke depan. Pembiayaan sewa lahan akan dibagi tiga pihak: Kota Mataram, Lombok Barat, dan Pemerintah Provinsi NTB, meskipun besaran pembagian masih dalam pembahasan.
Denny Cahyadi menegaskan bahwa pemindahan insinerator ke TPS Sandubaya baru akan dilakukan setelah lahan tersebut siap digunakan dan volume sampah di TPS Sandubaya berkurang secara signifikan. "Jika lahan yang kami sewa itu sudah ada izin untuk pembuangan dan sampah di TPS Sandubaya berkurang, barulah insinerator dipindah ke TPS Sandubaya," tegasnya.
Solusi Jangka Panjang: Pilah Sampah dari Rumah
DLH Mataram menyadari bahwa solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah sampah terletak pada perubahan perilaku masyarakat. Program pilah sampah dari rumah digalakkan untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke TPS dan TPA. Sosialisasi dan peningkatan kesadaran warga menjadi kunci keberhasilan program ini. Dengan memilah sampah, diharapkan hanya sisa sampah yang tak bisa diolah lagi yang akan dibuang ke TPA.
Program ini membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh warga Kota Mataram. DLH Mataram berkomitmen untuk terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar program pilah sampah dapat berjalan efektif dan berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan masalah sampah di Kota Mataram dapat teratasi secara menyeluruh.
Selain program pilah sampah, DLH Mataram juga akan terus berupaya mencari solusi-solusi inovatif lainnya untuk pengelolaan sampah di Kota Mataram. Kerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta, akan terus ditingkatkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Tantangan ke depan adalah bagaimana memastikan program pilah sampah dari rumah dapat diimplementasikan secara efektif dan berkelanjutan. Hal ini membutuhkan komitmen dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan masalah sampah di Kota Mataram dapat teratasi secara berkelanjutan.