Pemkot Mataram Buka Diri untuk Solusi Darurat Sampah Akibat Penutupan TPA Kebon Kongok
Pemkot Mataram terbuka terhadap tawaran solusi penanganan darurat sampah akibat penutupan TPA Kebon Kongok untuk revitalisasi.

Pemerintah Kota Mataram menyatakan kesiapannya untuk menerima berbagai tawaran solusi dalam menangani situasi darurat sampah yang saat ini tengah dihadapi. Hal ini menyusul penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok di Kabupaten Lombok Barat, yang berdampak signifikan terhadap pengelolaan sampah di Kota Mataram. Wali Kota Mataram, H Mohan Roliskana, menegaskan bahwa pihaknya terbuka terhadap segala bentuk kerjasama yang dapat mengurangi volume sampah di kota tersebut.
Penutupan TPA Kebon Kongok disebabkan oleh adanya kegiatan revitalisasi yang diperkirakan akan berlangsung selama 3 hingga 4 bulan ke depan. Situasi ini diperparah dengan kondisi Tempat Penampungan Sementara (TPS) Sandubaya yang sudah penuh, sehingga memaksa pemerintah kota untuk mencari alternatif lokasi pembuangan sampah sementara. Sebagai solusi sementara, pembuangan sampah dialihkan ke lahan yang akan menjadi lokasi pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPAL DT) di wilayah Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela.
"Sepanjang upaya yang ditawari bisa memberikan dampak terhadap pengurangan sampah, silakan siapa pun bisa bekerja sama dan kami sangat terbuka," ujar Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana. Pemerintah Kota Mataram menerapkan sistem gali timbun di lokasi SPAL DT untuk meminimalisir dampak negatif dari pembuangan sampah di kawasan tersebut.
Sinergi dengan Lombok Barat dalam Penanganan Sampah
Wali kota menekankan pentingnya sinergi antara Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat dalam mengatasi masalah sampah. Ia menyambut baik tawaran kerjasama dari Kabupaten Lombok Barat dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk menerapkan teknologi dalam pengelolaan sampah. Menurutnya, kolaborasi ini sangat penting mengingat kedua wilayah memiliki permasalahan sampah yang serupa dan lokasi yang berdekatan.
"Upaya itu perlu kita coba bersama, apalagi Kota Mataram dan Lombok Barat memiliki persoalan sampah yang sama dan wilayah yang berdekatan," kata wali kota. Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram menunjukkan bahwa volume sampah yang dibuang ke lokasi pembuangan sementara di SPAL DT mencapai 140-150 ton per hari.
Selain itu, Pemerintah Kota Mataram juga mempertimbangkan pemanfaatan lahan sementara di wilayah Kebon Ayu, Lombok Barat, sebagai solusi jangka pendek. Meskipun bukan solusi ideal, langkah ini dianggap realistis dalam kondisi darurat saat ini. Prioritas utama adalah mencegah terjadinya penumpukan sampah yang dapat mengganggu kenyamanan warga.
Pemanfaatan Lahan Sementara di Kebon Ayu
Pemanfaatan lahan sementara di Kebon Ayu menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan secara serius oleh Pemerintah Kota Mataram. Langkah ini diambil sebagai respons cepat terhadap situasi darurat sampah yang disebabkan oleh penutupan TPA Kebon Kongok. Meskipun disadari bahwa solusi ini bukanlah yang terbaik, namun dianggap sebagai langkah yang paling memungkinkan dalam kondisi saat ini.
Wali Kota Mataram menekankan bahwa yang terpenting adalah bagaimana menjaga kota tetap bersih dan nyaman bagi warganya. Penumpukan sampah tidak hanya mengganggu estetika kota, tetapi juga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan lainnya. Oleh karena itu, segala upaya harus dilakukan untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
"Pemanfaatan sementara lahan di Kebon Ayu memang bukan pilihan ideal, tetapi realistis dalam kondisi sekarang. Yang paling penting jangan sampai kota ini dilanda penumpukan sampah yang mengganggu kenyamanan warga," tegasnya.
Pemerintah Kota Mataram terus berupaya mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah sampah ini, baik melalui kerjasama dengan pihak lain maupun dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Diharapkan, dengan berbagai upaya yang dilakukan, Kota Mataram dapat segera keluar dari situasi darurat sampah dan kembali menjadi kota yang bersih dan nyaman.